SURABAYA - Diskominfo yang bekerja sama dengan Dinkes Surabaya membuat gebrakan baru. Kini warga yang berobat ke puskesmas tidak perlu antre lagi. Sebab, dua dinas tersebut membuat pelayanan canggih dengan aplikasi program e-health.
Program yang menggunakan software khusus itu akan dipasang di 63 puskesmas se-Surabaya pada Juli mendatang. Penggunaan e-health tersebut berdampak pada perubahan tata cara pemeriksaan dan manajemen puskesmas.
Biasanya, pasien puskesmas harus membawa kartu puskesmas. Namun, dengan e-health, setiap pasien hanya perlu memindai sidik jari untuk bisa diperiksa. Selain mempermudah pasien dalam mendapat pelayanan kesehatan di puskesmas, data pasien akan terintegrasi dengan puskesmas lain dan RSUD se-Surabaya.
Hal itu sangat penting ketika pasien puskesmas akan dirujuk ke rumah sakit. Sebab, semua datanya bisa diketahui dengan mudah oleh pihak rumah sakit. Selain itu, dalam e-health ada pendataan stok obat di semua puskemas dan RSUD sehingga bisa diketahui penggunaan obat tiap hari hingga jenis obat yang stoknya bakal habis.
Kabid Aplikasi dan Telematika Diskominfo Surabaya Helfi Syarifuddin mengatakan, setelah peluncuran di RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH), pertengahan tahun ini e-health akan diterapkan di 63 puskesmas se-Surabaya.
Selama ini program e-health yang sudah diterapkan di RSUD BDH baru berlangsung sekitar sebulan. Alat tersebut bisa menunjukkan stok obat dan simulasi penggunaan obat, data pengunjung, sepuluh penyakit terbanyak di RS itu, dan sepuluh pelayanan terbanyak yang digunakan pasien. "Hanya, di RSUD BDH belum ada pemindai sidik jari. Karena itu, masih digunakan kartu puskesmas saat pasien mendaftar," jelas Helfi.
Menurut dia, ada berbagai program di dalam e-health. Yaitu, data jumlah pasien, sepuluh penyakit terbanyak, sepuluh pelayanan terbanyak, jenis pasien, pemeriksaan dengan sidik jari, dan stok obat. Namun, dua program yang diprediksi paling berguna untuk puskesmas ada dua. Yakni, pemeriksaan dengan pemindai sidik jari dan stok obat.
Helfi menjelaskan, awalnya sidik jari semua pasien harus dipindai. Dengan demikian, identitas mereka tersimpan pada database yang terintegrasi ke seluruh puskesmas dan RSUD. Pemeriksaan selanjutnya pun hanya memerlukan sidik jari dan tidak lagi menggunakan kartu puskesmas. "Ini sangat menghemat biaya di puskesmas karena mengurangi penggunaan kertas," paparnya.
Selain itu, jika ada warga yang mengalami kecelakaan, namun tidak ditemukan kartu identitasnya, identitasnya akan ditemukan dengan memindai sidik jari. "Kuncinya, si pasien pernah memeriksakan diri ke puskesmas atau pernah dipindai sidik jarinya," ujarnya sembari menyebut bahwa e-health akan meningkatkan pelayanan kesehatan secara drastis di Surabaya.
Selanjutnya, pendataan stok obat puskesmas menjadi cara untuk mengantisipasi kehabisan obat pada puskesmas. Menurut dia, pada setiap puskesmas akan ada satu orang tim teknis yang bekerja untuk memasukkan semua data termasuk penggunaan obat. "Jika stok obat tinggal sedikit, di layar komputer akan muncul peringatan bertulisan jumlah obat yang kekurangan stok," terangnya.
Kasi Aplikasi Diskominfo Emadarta mengatakan, sebenarnya penerapan e-health di puskesmas sangat mudah. Hanya dibutuhkan dua alat, yakni komputer dan alat pemindai sidik jari. "Komputernya sudah ada dan tinggal pengadaan alat pemindai sidik jari. Jadi, penggunaan teknologi ini tidak serta-merta meningkatkan biaya. Bahkan, kita bisa menghemat," paparnya kemarin (20/2). (idr/c8/end)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bupati Berikan Santunan Korban Buol Berdarah
Redaktur : Tim Redaksi