jpnn.com - JAKARTA - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila diterima oleh dunia. Menurut dia, Pancasila mengandung semangat, seperti pentingnya menjaga kestabilan, persaudaraan, dan kesetaraan, yang diinginkan banyak negara.
Hasto menyampaikan itu saat menjadi pembicara kunci Peringatan Ke-63 Tahun Pidato Presiden Pertama RI Soekarno di Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), yang diselenggarakan di Gedung Pusat Studi Arsip Presiden Pertama RI Ir. Sukarno Bapak Bangsa, Jalan Gajah Mada Nomor 111, Jakarta Barat, Sabtu (30/9).
BACA JUGA: ANRI Gelar Peringatan ke-63 Tahun Pidato Soekarno di PBB yang Kini Diakui Dunia
Dalam acara ini, hadir pembicara lainnya, yakni Connie Rahakundini, Mukhlis Paeni, Teuku Rezasyah dan Mayjen Purn. Lumban Sianipar.
Menurut Hasto, pidato Bung Karno berjudul "To Build The World Anew" merupakan suatu perasan dari apa yang menjadi harapan mimpi seluruh bangsa-bangsa yang mengalami keterjajahan.
BACA JUGA: Mahfud MD Hadir di Rakernas IV, Hasto: Menteri Sahabat PDIP Memang Diundang
"Dalam cara pandang Soekarno, sistem internasional itu anarkis dan selalu diwarnai perang, sehingga setting dari pidato To Build The World Anew adalah realitas peradaban umat manusia yang memang diwarnai penindasan itu dan bangsa Indonesia sendiri mengalaminya selama lebih dari 350 tahun mengalami kolonialisme-imperialisme itu," kata Hasto.
Dosen Universitas Pertahanan itu mengatakan bahwa Sang Proklamator selalu berdialektika dalam alam pikir dan mencari jawaban tentang pentingnya suatu tata dunia baru yang berkeadilan, dan perdamaian abadi atas dasar cita-cita kemanusiaan menjadi pengikat.
BACA JUGA: Rieke Bangga Arsip Pidato Bung Karno di PBB jadi Warisan Dunia di UNESCO
Menurut Hasto, keresahan-keresahan itu yang membuat Bung Karno menyampaikan pidatonya berjudul To Build the World Anew di Sidang Umum PBB pada 30 September 1960.
"Apa yang disampaikan oleh Bung Karno itu menjadi relevan di tengah pertarungan geopolitik saat ini. Dalam pidato yang telah menjadi memory of the world tersebut, jiwa kemanusiaanlah yang berbicara," ungkapnya.
Menurut dia, PBB harus menjadi perwakilan bangsa-bangsa di seluruh muka bumi yang berdiri sederajat, merdeka dan berdaulat. "Dari pidato tersebut visi Indonesia bagi dunia sangatlah jelas," kata Hasto.
Menurut Hasto, dengan segala gejolak dan geopolitik masa lalu, tesis perjuangan Bung Karno adalah menjadikan kemerdekaan Indonesia sebagai bagian dari perjuangan umat manusia se-dunia. Oleh karena itu, kata Hasto, jangan sekarang malah dipersempit, hanya melihat ke dalam dan merespons berbagai perbedaan dengan isu primordial.
"Kita harus melihat keluar, menjadi bagian dari warga bangsa dunia, dan membangun kepemimpinan dalam seluruh aspek kehidupan agar dunia bebas dari kolonialisme dan imperialisme. Pancasila ideologi dunia," ungkap Hasto.
"Bung Karno sangat tegas di dalam pidatonya dan menolak hegemoni empat negara besar yang memiliki hak veto dikatakan tidak dapat menentukan perang dan damai, lebih tepat memiliki kekuatan untuk merusak perdamaian dan mereka tidak punya hak morel baik secara sendirian maupun bersama-sama untuk mencoba hari depan dunia," tambah Hasto.
Dia menambahkan Bung Karno bersama seluruh elemen bangsa yang baru memerdekakan Indonesia tampil di mata dunia dengan gagah berani.
"Bayangkan, belum lama kita merdeka, kita berani mengatakan empat negara, Amerika Serikat, Soviet, Inggris, dan Prancis yang memegang hak veto dan kemudian tidak bisa mereka menentukan nasib dunia dan kami umat manusia khususnya bangsa Asia-Afrika yang begitu menderita karena imperialisme kemudian dihadapkan perang baru, perang nuklir yang mahadasyat dengan percobaan percobaan termonuklir di sekitar kita," jelas dia.
Menurut dosen Universitas Pertahanan (Unhan) RI ini, gagasan itu merupakan bentuk kontemplasi bahwa peradaban dunia menghadapi ancaman terus menerus.
Hasto mengatakan PBB seharusnya di-reform, dan memastikan penghormatan terhadap kedaulatan bangsa karena setiap bangsa setara dan berdaulat.
"Bagi Soekarno, dunia akan damai ketika bebas dari imperialisme dan kolonialisme, bebas dari penjajahan termasuk kolonialisme data kemudian penjajahan dengan instrumen teknologi keuangan karena itu suatu penjajahan baru dan kemerdekaan Indonesia ditunjukkan untuk membebaskan umat manusia dari berbagai bentuk penjajahan itu," kata Hasto. (jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : JPNN.com