Apa yang kira-kira dipikirkan perawat asal Australia, Kathleen Neuss, ketika ia memandang ke seberang lautan dari Pulau Bangka, Kepulauan Bangka Belitung?.
Ketika ia berjalan menyusuri Pantai Radji, bisakah perempuan dari Inverell di New South Wales ini mendengar hatinya berdebar kencang? Ataukah ia justru tenang?.
BACA JUGA: Remaja SMP Australia Yang Ciptakan Piano Saku
Apakah ia merenungkan hidupnya saat berusia 30 tahun itu ataukah ia diserang ketakutan yang luar biasa, seperti yang hanya bisa kita bayangkan?
Di saat ia memandang ke seberang cakrawala, atau mungkin memandang para perempuan yang berdiri di sampingnya, ia pasti rindu kampung halamannya. Apakah ia menangis atau ia justru tabah?
BACA JUGA: Naiknya Trump Dinilai Tak Pengaruhi Jumlah Militer AS di Darwin
Di saat senapan mesin dinyalakan dari tempat di belakangnya, apakah ia mendengarnya? Ataukah ia sudah mati sebelum suara itu bisa mencapainya?.
"Kath" Neuss pergi berperang sebagai perawat pada tahun 1941. Pada tanggal 4 Februari tahun itu, ia berlayar dari Sydney dengan kapal Queen Mary ke Singapura.
BACA JUGA: Gadis Berkerudung Berbagi Kehidupan di Australia
Bagi seorang perempuan muda yang telah dilatih di Rumah Sakit Pangeran Alfred di Sydney, saat itu adalah saat yang menggembirakan tetapi juga menegangkan. Bagaimanapun, perang-lah yang ia hadapi. Kathleen Neuss pergi berperang sebagai seorang perawat pada awal Februari 1941, berlayar dari Sydney ke Singapura.
Supplied
Hampir tepat setahun kemudian, pada tanggal 16 Februari 1942, ia terbunuh.
"Mereka ditembak senapan mesin hingga mati; mereka yang tak langsung terbunuh, orang Jepang datang kembali dan menyangkur mereka," cerita Michael Noyce, keponakan Kathleen.
Empat hari sebelum kematiannya, Kath Neuss berada di antara 65 perawat yang dievakuasi ke kapal perang SS Vyner Brooke, yang kemudian tenggelam setelah dibom oleh Jepang, selama kejatuhan Singapura.
Ia termasuk di antara 22 perawat yang mengapung di laut dan terdampar di Pulau Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia.
Beberapa hari kemudian, mereka dipaksa untuk menyeberang ke laut oleh tentara Jepang dan diberondong dengan peluru dari belakang.
"Tak ada yang tahu apa-apa, pada dasarnya tak ada yang terkonfirmasi sampai 1945 ketika para perawat akhirnya ditemukan tiga minggu setelah perang selesai," kata Michael.
Vivian Bullwinkel, atau yang akrab disapa âBullyâ, adalah satu-satunya perawat di antara kelompok itu yang bertahan hidup. Ia meninggal dunia di Perth pada tahun 2000. Tanda peringatan telah didirikan di Pantai Radji untuk 50 orang yang dibunuh di wilayah itu.
Supplied Korban dikenang 75 tahun kemudian
Tujuh puluh lima tahun kemudian, Kath Neuss dan para perawat Australia lainnya akan dikenang di Pantai Radji -pantai sepanjang 300 meter yang kurang dikenal -Pulau Bangka, dan untuk pertama kalinya tanda peringatan akan didirikan di sana.
Lebih dari 100 keluarga, pejabat dan perawat akan menghadiri upacara yang diselenggarakan pada hari Kamis (16/2/2017) itu.
"Peristiwa ini memiliki efek buruk pada keluarga kami, bukan saya secara pribadi karena saya masih muda kala itu, tapi berdampak pada pada paman dan bibi saya," ungkap Michael Noyce.
"Pada dasarnya, peristiwa itu membunuh kakek-nenek saya, mereka berdua meninggal cukup muda di usia 51, 52 tahun. Cerita kami begitu khas layaknya keluarga lain yang menderita seperti ini," imbuhnya.
Untuk warga lokal di Pulau Bangka, mereka memiliki kisah perang versi mereka sendiri. Rasa sakit dan kepedihan versi mereka sendiri.
Untuk saat ini, mereka telah sepakat untuk membolehkan berdirinya tanda peringatan bagi para perawat Australia yang meninggal untuk Indonesia.
"Selama bertahun-tahun mereka memberitahu kami, para nelayan tak mau menangkap ikan di sana lagi karena mereka menyebut laut itu angker," kata Michael Noyce.
"Jadi ini sangat, sangat penting untuk menutup kisah banyak orang 75 tahun kemudian," lanjutnya.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
Diterbitkan: 17:01 WIB 14/02/2017 oleh Nurina Savitri.
Lihat Artikelnya di Australia Plus
BACA ARTIKEL LAINNYA... New South Wales Alami Cuaca Terpanas Dalam 4 Tahun Terakhir