jpnn.com, JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko diberi gelar Bapak Pengawal dan Perawat Pluralisme. Gelar tersebut disematkan saat ia menghadiri kegiatan Halalbihalal Kebangsaan dan Peringatan Hari Lahir Pancasila yang diselenggarakan oleh Gerakan Perjuangan Masyarakat Pluralisme (GPMP) di Taman Lapangan Banteng, Jakarta, Senin (13/6).
Ketua DPP GPMP Andreas Rehiary menegaskan bahwa pihaknya mempunyai dasar yang sangat kuat memilih Moeldoko menjadi Bapak Perawat dan Pengawal Pluralisme di masa sekarang karena perhatian dan kepedulian Moeldoko terhadap berbagai kelompok terutama kelompok minoritas.
BACA JUGA: Lihat Nih, Moeldoko Ajak Presiden dan Ibu Negara Panen Sorgum
"Kalau hari ini kami mengundang beliau dan menjadikan tokoh yang bersama-sama dengan kita untuk menjaga nilai-nilai pluralisme karena kami punya alasan," ujar Andreas.
Ia pun menekankan bahwa kegiatan dan penyematan tersebut bukan persoalan politik. Tapi, lanjutnya, ini tentang bagaimana pertanggungjawaban terhadap bangsa ini.
BACA JUGA: KSP Moeldoko Dorong Para Santri Jadi Pemimpin Bangsa
"Semoga kita bersama beliau akan menjadi pribadi-pribadi anak bangsa yang akan menjaga, merawat dan mempertahankan Pancasila dan nilai-nilai pluralisme," tandasnya.
Sementara itu, Moeldoko dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada peserta yang memiliki kepedulian dan komitmen kuat untuk menjaga bangsa dan negara ini. Ia pun berpesan jangan pernah lelah untuk merawat, menjaga dan memelihara kebangsaan.
BACA JUGA: Moeldoko Punya 2 Hal Penting yang Sangat Dibutuhkan Indonesia
"Kita paham di tengah-tengah lingkungan global seperti saat ini dan dinamika perpolitikan nasional, Pancasila ini ideologi kita sebagai sebuah ideologi yang terbuka sedang menghadapi berbagai tantangan. Tetapi kita tidak boleh gentar," tegas Moeldoko.
"Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu bertahan menghadapi berbagai tantangan apakah itu ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya bahkan pertahanan keamanan," lanjutnya.
Menurutnya, anak-anak muda di beri ruang untuk berkreativitas, di beri ruang untuk berinovasi, di beri ruang untuk menjalankan hak dan tanggung jawabnya sebagai warga negara.
"Untuk itu acara seperti ini perlu dikembangkan dari waktu ke waktu agar bangsa ini selalu ingat bahwa di dalam merawat, menjaga dan memelihara kebangsaan kita perlu diperjuangkan," ungkap Moeldoko.
Dia pun mengajak kepada sekitar 1.000 peserta yang hadir untuk membangun sebuah soliditas nasional. Berkaitan dengan itu, ia mengatakan bahwa Bung Karno menitipkan satu kata yang indah yaitu gotong royong.
"Apapun situasi dan tantangannya bangsa ini, dengan gotong royong bisa kita selesaikan dengan sebaik-baiknya. Sebab pesan moral itu perlu dan harus kita rawat bersama," pungkasnya. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif