jpnn.com - KUTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme RI Komjen Rycko Amelza Dahniel dalam mengenang 21 tahun tragedi bom Bali mengajak masyarakat menolak ideologi kekerasan, radikalisme, dan terorisme.
“Kita semua juga menolak dan mengutuk segala bentuk ideologi kekerasan, radikalisme dan tindakan teror yang tidak berperikemanusiaan dengan mengatasnamakan agama,” kata Rycko dalam keterangan tertulis, Jumat (13/10).
BACA JUGA: BNPT Raih Juara Terbaik 1 JDIHN dan Juara 3 LDCC Award 2023
Rycko menyampaikan itu saat acara Doa Perdamaian Bersama Penyintas Bom Bali pada Kamis (12/10). Doa Perdamaian yang diselenggarakan di Monumen Tragedi Bom Bali ini turut dihadiri oleh ketua LPSK, pj gubernur Bali, kapolda Bali, serta penyintas Bom Bali.
Rycko mengatakan ledakan bom yang terjadi pada 2002 dan 2005 itu menjadi serangan paling mematikan dalam sejarah Indonesia.
BACA JUGA: Dinas Intelijen Australia Punya Peran Rahasia dalam Membantu Mengungkap Pelaku Bom Bali Tahun 2002
Lebih dari 300 orang dari 22 negara meninggal dunia dan luka-luka. Kelompok teroris Jamaah Islamiyah atau JI menjadi aktor di balik tragedi tersebut.
Meskipun saat ini angka serangan fisik menurun, kepala BNPT mengimbau masyarakat agar terus waspada terhadap serangan ideologi kekerasan yang mengatasnamakan agama.
BACA JUGA: Dalang Bom Bali 2002 Hadapi Sidang Pra-Peradilan di Guantanamo Bay Minggu Ini
Menurutnya, membangun kesadaran nasional terhadap bahaya dan dampak radikalisme terorisme harus dibangun agar tidak ada lagi aksi teror seperti bom Bali.
“Kepada para pelaku dan pendukung ideologi kekerasan terorisme agar segera sadar, hentikan kekerasan sekarang juga, mari kita jaga perdamaian, kemanusiaan dan hidup yang harmoni,” imbuhnya.
Rycko juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu mengungkap kasus bom Bali serta melakukan pemulihan terhadap para korban. (boy/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi