Peringati Bulan Bung Karno, Ajak Publik Tetap Optimistis soal Jokowi

Minggu, 28 Juni 2015 – 02:20 WIB
Ketua Umum Taruna Merah Putih (TMP) Maruarar Sirait.

jpnn.com - JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan yang duduk di Komisi XI DPR, Maruarar Sirait menyatakan, pertumbuhan  ekonomi nasional di bawah pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla saat ini sedang mengalamai pelambatan. Menurutnya, daya beli masyarakat juga turun.

Namun, Ara -sapaan Maruarar- mengaku optimistis pemerintah sungguh-sungguh dalam melakukan perbaikan. Ketua Umum Taruna Merah Putih (TMP) itu pun mengajak segenap pihak mendukung upaya-upaya pemerintah untuk memperbaiki perekonomian nasional.

BACA JUGA: BNP2TKI Klaim Kasus TKI Bermasalah Menurun, Ini Penyebabnya

"Kita berdoa semoga Pak Jokowi bisa membawa ekonomi Indonesia lebih baik. Mari kita doakan agar setiap upaya yang mereka lakukan bisa berjalan baik dan berhasil sehingga membawa kemaslahatan bagi bangsa Indonesia," katanya di acara silaturahmi dan buka puasa bersama dengan 100 tokoh pemuda dalam rangka peringatan Bulan Bung Karno di Menteng, Jakarta, Sabtu (28/6).

BACA JUGA: Palsukan Laporan Penumpang untuk Raup Untung, 2 Pejabat Merpati Jadi Tersangka

Maruarar Sirait dan Joko Widodo dalam kampanye Pemilu Presiden 2014.

Ara mengatakan, untuk mencapai kesuksesan memang butuh perjuangan dan pengorbanan. Ia mencontohkan momen Ramadan yang diakhiri dengan datangnya Idul Fitri.

BACA JUGA: Tersangka Penggelapan Nasabah itu Mirip Malinda Dee tapi Versi Cowok

Ara menuturkan, umat Islam melakukan perjuangan dan pengorbanan saat menjalankan ibadah puasa Ramadan. Namun, ketika Ramadan berakhir, datanglah Idul Fitri sebagai wujud kemenangan.

Sedangkan cendekiawan Yudi Latif mengatakan, saat ini perlu upaya membangkitkan optimisme di tengah masyarakat. Sebab, masyarakat memang dihinggapi pesimisme dengan melonjaknya harga bahan pokok.  

Yudi lantas mencontohkan ketika Bung Karno usai membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 yang juga bersamaan dengan bulan Ramadan. Saat dalam perjalanan pulang, Bung Karno mendengar azan magrib.

Seketika itu, kata Yudi, Bung Karno langsung memanggil tukang sate dan memesan 50 tusuk. "Bung Karno membeli 50 tusuk sate untuk dia dan teman-temannya, lalu makan di pinggir got. Inilah cara pendiri bangsa merayakan lemerdekaan. Inilah Indonesia awal. Dengan keterbatasan, namun penuh optimisme, hingga sepuluh tahu kemudian menjadi pemimpin Asia Afrika,” katanya.

Yudi lantas menyinggung soal semangat gotong royong untuk menghadapi persoalan bangsa. Menurutnya, para pendiri bangsa juga bekerja secara gotong royong saat awal-awal membangun Indonesia.

Di masa-masa awal kemerdekaan, lanjut Yudi, tokoh-tokoh bangsa seperti Sultan Hamengku Buwono XI  dari Yogyakarta, Daue Beureuh dari Aceh, Sultan Syarief Kasim II dari Riau dan para raja-raja lainnya di tanah air bahu-menbahu membangun negara yang tak punya uang.Sayangnya, hal yang dicontohkan para pendiri RI itu seolah tak terlihat lagi saatini.

"Sekarang yang kurang adalah karakter semangat gotong royong. Indonesia kaya, tapi kalau kita hanya perjuangkan kepentingan kelompok dan pribadi, apapun yang kita miliki takkan ada artinya. Tetapi bila kita gotong royong, itulah kita jadi bangsa besar," katanya.(ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ekonomi Makin Genting, HT Minta Pemerintah Berhenti Berwacana


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler