Peringati Harkitnas, Puan Gelorakan Revolusi Mental dari Kota Pengasingan Soekarno

Rabu, 20 Mei 2015 – 20:52 WIB
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani (baju putih dan bertopi) bersama Menpora Imam Nahrawi di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, Rabu (20/5). Foto: Kemenko PMK for JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani memilih bekas lokasi pengasingan kakeknya yang juga Proklamator RI, Ir Soekarno di Ende, Nusa Tenggara Timur untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) pada Rabu (20/5) ini. Bagi Puan, kunjungan ke Ende itu merupakan yang pertama kalinya meski salah salah satu kabupaten di Flores itu menjadi tempat pengasingan kakeknya saat masa penjajahan Belanda.

“Alhamdulillah ini pertama kali saya datang menginjak kota Ende. Dahulu sudah beberapa kali direncanakan tetapi selalu gagal dan baru kali akhirnya saya bisa sampai di Kota Ende," kata Puan sebagaimana dikutip dari siaran pers Kemenko PMK.

BACA JUGA: Wakil Ketua Komisi Hukum DPR Dukung Kepemimpinan Juniver di Peradi

Peringatan Harkitnas di Ende dipusatkan di Lapangan Pancasila. Dalam kesempatan itu, Puan berbicara tentang visi Soekarno yang jauh ke depan. Bahkan, kata putri kandung ketua umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri itu, revolusi mental yang disuarakan Presiden Joko Widodo tak terlepas dari filosofi gagasan Soekarno.

Puan menjelaskan, esensi revolusi mental adalah mengubah pola pikir dan pandangan untuk gerakan kehidupan yang baru. Karenanya ia mengutip cita-cita Trisakti yang digagas Soekarno agar Indonesia berdaulat secara politik, mandiri di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang budaya.

BACA JUGA: Menteri Gobel Cek Rumor Beras Plastik Beredar di Karawang

"Indonesia yang berdaulat mandiri harus berlandaskan semangat gotong royong. Oleh karena itu dengan jalan Trisakti, tiga norma dalam pembangunan infrastruktur, pembangunan pengawasan ketimpangan kelompok masyarakat bawah, pembangunan yang menjadi daya dukung lingkungan tidak bisa dipisahkan,” katanya.

Selain itu Puan juga mengingatkan tentang tantangan ke depan yang semakin berat. Sebab, Bung Karno jauh-jauh sebelumnya sudah mengingatkan bahwa Bangsa Indonesia akan menghadapi tantangan berat karena menghadapi sesama anak bangsa.

BACA JUGA: Penganut Kepercayaan Boleh Cantumkan Keyakinan di KTP

Puan lantas menyinggung tentang ketimpangan sosial, kesenjangan pendidikan dan ekonomi yang saat ini terjadi di tengah liberalisasi sebagai tantangan yang sudah diperkirakan Bung Karno. “Apa yang dikatakan beliau (Bung Karno, red) sesungguhnya baru kita rasakan saat ini," ucapnya.(ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemdagri Kembalikan 139 Perda Bermasalah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler