jpnn.com, JAKARTA - Pengurus JATMAN DKI Jakarta menggelar Halaqah Alim Ulama dan Masyayikh Thoriqoh Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah se-DKI Jakarta dalam memeriahkan Maulid Nabi pada akhir pekan lalu.
Dalam kegiatan tersebut digelar Khataman 1.322 Hadis Rasulullah dari Kitab Monomental Al-Adab Al-Mufrod karya Imam Al-Bukhori al-Ju'fiy yang dibimbing KH. Ahmad Marwazie Al-Batawie Al-Makkiy.
BACA JUGA: Makin Mesra dengan PAN, Erick Thohir Terima Ajakan Zulhas
Mudir Idarah Wustho JATMAN DKI Jakarta KH. Muhammad Danial Nafis dalam sambutannya mengatakan sudah beberapa tahun ini mengadakan Ihtifal Maulid.
Selain membaca maulid seperti burdah atau barzanji, ada tradisi yang lain coba untuk dibangun khususnya di JATMAN Idaroh Wustho DKI dan Zawiyah Arraudhah yaitu membaca kutubul hadis.
BACA JUGA: Orang Muda Ganjar Bersama 1.250 Petani se-Jakarta Jalankan Program Petani Kota
“Tentunya ini menunjukan tuduhan yang namanya ahlu thoriqoh itu tidak memiliki tradisi keilmuan dan melakukan amal bid’ah, bahwa anggapan itu jauh panggang dari api atau sangatlah tidak benar,” tegas Kiai Nafis.
Kiai Nafis menambahkan memperingati Maulid Nabi dengan mengadakan ta’lim dan katam kitab hadis, masih sedikit di Jakarta,
BACA JUGA: PT PP Garap Infrastruktur Pendukung Rumah Sakit Internasional Bali di Sanur, Begini Progresnya
"Sangat jarang yang membaca dan mengkhatamkan kitab hadis. Karena ada faidah yang lebih besar dengan membaca hadis, tentunya agar Rasulullah membersamai kita, dan kita akan lebih dekat dengan beliau,” ungkap Kiai Nafis.
Selain itu, kata Kiai Nafis JATMAN DKI dan Zawiyah Arraudhah terus berupaya membangkitkan tradisi berpikir melalui kajian kitab turats, terutama berkaitan dengan tasawuf.
"Jadi thariqah itu pasti Ahlu sunnah wal jamaah, tapi tidak hanya sifatnya tradisi berzikir, tapi juga tradisi pikir. Ketika engkau zikir maka akan melahirkan pikiran yang positif, dan melahirkan amaliah saleh khairiyah,” tegasnya.
Ketua Majlis Ifta JATMAN DKI, KH Yunus Abdul Hamid menambahkan zaman saat ini banyak yang mengaku dirinya Mursyid, tetapi tidak banyak yang memiliki bashirah atau penglihatan mata hati yang tajam, sehingga mengetahui penyakit hati muridnya, dan membimbing muridnya untuk dapat menyucikan jiwa.
Ibarat dokter yang mengobati pasien, mursyid harus mengetahui terlebih dulu penyakitya agar dapat memberikan obat yang sesuai dengan penyakit yang diderita pasien.
"Artinya, hatinya sudah futuh, melalui wirid yang sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah, mursyid akan membimbing muridnya untuk terlebih dulu bertobat. Setelah itu, mursyid akan menuntun muridnya menapaki manzilah yang lebah tinggi, yaitu istikamah. Setelah seseorang itu bertakwa maka dengan rahmat Allah SWT orang tersebut menjadi muslim yang kaffah,” jelas Kiai Yunus.
Kiai Yunus mengatakan, ketika seseorang telah terbebas dari berhala fisik seperti tidak menyembah patung dan sejenisnya, maka harus juga terbebas dari berhala nafsu yang ada dalam diri.
"Dengan begitu, ibadahnya tidak karena perkara dunia, seperti harta dan jabatan, tetapi murni karena Allah," sebutnya.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemda Diminta Maksimalkan Fungsi Satlinmas Saat Pemilu dan Pilkada 2024
Redaktur & Reporter : Yessy Artada