jpnn.com, LOMBOK TENGAH - Semangat Ibu Mahuni, bersama 43 anggota kelompok wanita tani (KWT) dari Desa Karang Sidemen, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, untuk tetap produktif di era pandemi Covid-19 membuahkan hasil. Omzet pun mencapai Rp 15-20 ribu per Bulan.
Dia dan anggotanya mampu menjaha pelanggan dari mancanegara tetap menikmati kerajinan tangan daerah mereka. Negara-negara di Benua Eropa, Afrika, dan Asia, masuk dalam catatan pelanggan tetap dari kelompok yang sudah berdiri sejak 2016 silam ini.
BACA JUGA: Teh Gambir Go Internasional, Pengusaha Ini Bisa Ekspor ke Tiga Negara
"Awalnya Gumibamboo yang menawarkan kami untuk membuat tulisan pada sedotan bambu produk kami. Disamping memberikan upah mengukir tulisan pada sedotan, Gumibamboo juga membantu kami memasarkan produk lainnya," kata Mahuni, di Lombok Tengah, Jumat (26/2).
Dibantu dua pria perajin, Mahuni dari KWT Insan Madani Bambu bertahan di tengah wabah dengan terus menggeliatkan beragam produk kerajinannya yang terbuat dari bambu.
BACA JUGA: Aglaonema Aceh Dilirik Pencinta Tanaman Jepang, Perusahaan Ini Sukses Tembus Ekspor
Salah satu produk kerajinan yang kini menjadi andalannya adalah sedotan bambu. Produknya yang pasti ramah lingkungan. Bahkan sekitar setahun lamanya, Mahuni menegaskan produk ini dapat dimanfaatkan.
"Produksi sedotan bambu ini dimulainya sejak akhir 2017. Produksinya berawal dari pesanan kelompok masyarakat bernama Gumibamboo yang berdomisili di Kota Mataram," ujar dia.
Dia menuturkan, pada akhir 2017 pesanan hanya senilai Rp 500 ribu dari upah penulisan sedotan bambu.
"Tulisannya macam-macam, tergantung permintaan. Upah pengerjaannya Rp 2.000 per biji," kata dia.
Dia mengatakan, sebelum bermitra dengan Gumibamboo, omzet rata-rata Rp 500 ribu per bulan.
"Karena jualan masih manual belum kenal internet. Setelah bermitra, dibantu Gumibamboo, omzet naik jadi Rp15-20 juta per bulan," kata dia.
Menurut dia, untuk kebutuhan bahan baku bambu sangat berlimpah. Hal itu karena daerah itu menjadi salah satu sentra bambu terbesar di Indonesia.
Kendati demikian, kegiatan yang dilakukan Mahuni bersama kelompoknya pun terbilang masih minoritas di Pulau Lombok. kebanyakan bambu hanya digunakan untuk membantu kegiatan pertukangan dalam membangun rumah.
Jenis bambu yang dimanfaatkan dalam kerajinan ini pun cukup beragam.
"Ada bahan baku yang sedang dibudidayakan di atas lahan kemitraan hutan kemasyarakatan (HKM) di kaki Gunung Rinjani. Jenis bambu yang dibudidayakannya adalah haur geulis atau teumen," papar dia.
Jenis bambu yang satu ini biasanya digunakan untuk membuat pancing atau pun tongkat pramuka. Mahuni bersama kelompoknya memilih jenis bambu ini karena mampu menghasilkan bahan baku dalam jumlah yang cukup banyak meskipun di atas lahan terbatas.
"Jenis itu memang sangat cocok menjadi bahan baku produk andalannya, yakni sedotan," pungkas dia. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia