Perjuangan Mustam demi Anak dan Inspirasinya untuk Polisi di Hari Pahlawan

Jumat, 11 November 2022 – 11:46 WIB
Jajaran Ditresnarkoba Polda Riau mengunjungi Mustam dan putranya yang menderita hidrosefalus di sebuah gubuk di Jalan Kartama, Kota Pekanbaru, Riau, Kamis (10/11). Foto: Rizki Ganda Marito/JPNN.com

jpnn.com - Mustam bukanlah orang yang berkecukupan. Namun, perjuangannya demi anaknya yang menderita hidrosefalus menginspirasi jajaran Polda Riau tentang bagaimana menjadi pahlawan untuk lingkungan terdekat.

Laporan Rizki Ganda Marito, Pekanbaru

BACA JUGA: Rumiah dan Kenangan Polwan Pertama Jadi Kapolda

AKBP Nandang Lirrama mendatangi sebuah gubuk di dekat Jalan Kartama, Kota Pekanbaru, Riau, Kamis (10/11).

Wakil Direktur Reserse Narkoba Polda Riau itu bersama anak buahnya bermaksud menemui Mustam di tempat tinggal berdinding papan dan beratap seng itu.

BACA JUGA: Komandan Tim 8 Paskibraka Arnold Sinaga, Kisah Perjuangan Anak Dansat Brimob Menuju Istana

Mustam sebagai sahibulbait menyambut AKBP Nandang yang datang bersama  Kasubdit 1 Ditnarkoba Polda Riau Kompol Hotmartua Ambarita secara ala kadarnya. Pria paruh baya itu hanya mengenakan kaus berkerah dan bercelana pendek.

Tidak ada meja maupun kursi di tempat Mustam menerima tamunya itu. Siapa pun yang datang ke gubuknya diterima dengan berlesehan di lantai.

BACA JUGA: Karel Dadimu, Elan Luar Biasa ABG Papua dan Suratnya untuk Kapolri

Di lantai itu pula terdapat kasur tipis tempat Ayunda tergolek lemah. Ayunda yang kini berusia 37 tahun adalah putra Mustam.

Mata Ayunda hanya menatap langit-langit gubuk tempat tinggalnya. Sesekali dia bersuara, seolah mengisyaratkan rasa senang ketika tahu ada polisi menjenguknya.

"Anak saya ini memang kalau diajak bicara tidak bisa, tetapi dia mengerti apa yang disampaikan orang,” kata Mustam kepada para tamunya.

Mustam duduk di celah kecil di pembatas antara ruang tamu dengan bagian dalam gubuknya. Adapun AKBP Nandang setengah bersimpuh di samping kiri Mustam.

Menurut Mustam, putranya saat lahir pada 1987 dalam baik-baik saja.

"Dahulu waktu lahir kondisinya belum seperti ini, masih normal kayak bayi pada umumnya saja," tuturnya.

Seiring waktu berjalan, ternyata Ayunda mengalami hidrosefalus. Peningkatan volume cairan di otak itu membuatnya berubah secara perlahan.

Sebagai orang tua, Mustam berupaya menyembuhkan Ayunda. Dia menjual hartanya, termasuk tanah dan rumah, demi kesembuhan buah hatinya.

“Semua saya jual," ujar Mustam.

Ikhtiar Mustam ternyata tak berhasil. Harta bendanya habis, tetapi Ayunda tak sembuh jua.

"Ternyata anak saya ini tidak bisa sembuh, hingga ibunya meninggal itulah kami tinggal di gubuk ini,” ucap Mustam.

Sebenarnya Mustam punya tiga anak. Anak pertamanya, perempuan, sudah meninggal.

Adapun Ayunda merupakan anak kedua Mustam. Anak ketiganya adalah perempuan yang kini sudah menikah dan ikut suami.

Sejak 10 tahun lalu, duda itu hanya bersama Ayunda tinggal di gubuk berukuran 4x5 meter persegi. Gubuk itu menumpang lahan milik warga setempat.

Di dalam gubuk itu terdapat satu risban sebagai tempat tidur. Tidak banyak perabot di tempat tinggal Rustam.

Sehari-hari, Mustam mengandalkan penghasilan dari bengkel tambal ban kecil-kecilan. Dia juga menjual BBM ketengan untuk menambah penghasilannya.

Menurut Mustam, rata-rata penghasilan hariannya dari tambal ban cuma Rp 50 ribu.

“Hari ini malah tidak sampai (Rp 50 ribu, red), agak terbantu dari jualan minyak ini,” tuturnya.

Kabar tentang kehidupan Mustam itu ternyata sampai di jajaran Direktorat Narkoba Polda Riau. AKBP Nandang pun tersentuh oleh perjuangan perantau dari luar Pekanbaru itu.

"Mudah-mudahan jerih payah bapak diberkahi," ujar AKBP Nandang kepada Mustam.

Perwira menengah Polda Riau itu datang dengan membawa tali asih, paket sembako, dan bingkisan.

"Apa yang kami berikan tidak ada apa-apanya, semoga dapat meringankan beban,” ucapnya.

Kehadiran jajaran Ditnarkorba Polda Riau membuat Mustam terharu. Menurutnya, apa pun bentuk bantuan untuknya itu sangat berharga.

“Saya sangat berterima kasih kepada bapak polisi yang sudah mau datang ke gubuk saya ini. Bagi saya bantuan seperti ini sangat bisa membantu untuk saya dan anak saya,” ucap Mustam kepada para tamunya itu.

Cerita dari kunjungan AKBP Nandang di gubuk Mustam itu pun dilaporkan kepada Direktur Reserse Narkoba Polda Riau Kombes Yos Guntur.

Abiturien Akpol 1998 itu mengaku mendapat pelajaran yang sangat berharga dari kehidupan Mustam.

“Dari Pak Mustam kami bisa belajar bersyukur. Bagi kami bantuan itu tidak ada artinya dibandingkan pelajaran yang didapat. Bapak Mustam sudah menjadi pahlawan bagi Ayunda,” ucap Kombes Yos Guntur.

Mantan Kapolresta Barelang itu menegaskan aksi sosial jajaran Ditresnarkoba Polda Riau tersebut merupakan upaya agar masyarakat merasakan kehadiran Polri sebagai pengayom dan penjaga keamanan.

“Kami ingin berada langsung di tengah-tengah masyarakat. Ini sesuai instruksi Bapak Kapolda Riau Irjen Mohammad Iqbal untuk terus berada di tengah-tengah masyarakat,” tuturnya.(mcr36/JPNN.com)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler