jpnn.com, JAKARTA - Komisaris Independen Bank Raya sekaligus Co-Founder Sayurbox Rama Notowidigdo membeberkan tantangan bagi digital banking.
Salah satunya bagaimana membangun ekosistem dalam pengembangan bisnis.
BACA JUGA: Kembangkan Sistem Digitalisasi Pertanian, Pupuk Indonesia & Pemprov Bali Jalin Kerja sama
Menurutnya, untuk membangun ekosistem diperlukan koneksi dari berbagai merchant dalam melakukan pembayaran oleh digital banking tersebut.
“Saat ini juga sudah ada QRIS, yang akan mempermudah digital bank masuk dan berpartner dengan ekosistem dibandingkan membangun ekosistem sendiri,” ujar Rama dalam webinar bertajuk ‘A New Competitive Landscape in the Banking and Financial Sector’, pada Rabu, (25/1).
BACA JUGA: Fisiohome, Hadirkan Layanan Jasa Fisioterapis ke Rumah
Tantangan dalam membangun ekosistem bagi digital bank yakni membutuhkan waktu yang lama, meski sudah ada pembayaran menggunakan QRIS dalam mempermudah transaksi.
Hal itu yang membuat digital bank akhirnya memilih menempel dengan ekosistem yang sudah ada dan tidak ingin membangun ekosistem sendiri agar lebih cepat.
BACA JUGA: Keutamaan Puasa Rajab, Dibukakan Pintu Surga Hingga Dihapusnya Dosa
“Walau sudah ada tools menggunakan QRIS yang jauh lebih simpel, tapi harus tetap membangun transaksi, membangun merger dan akuisisi, nah ini akhirnya banyak digital bank yang maunya nempel dengan ekosistem contoh Aladin nempel dengan Alfamart dan sebagainya,” papar dia.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, juga merasakan perkembangan digitalisasi yang makin marak.
Untuk mendukung transformasi digital tersebut Bank Mandiri telah meluncurkan Livin Financial Superapp pada 2021 yang lalu.
“Kami mengintegrasikan seluruh financial services, juga dengan urban lifestyle ecosystem dalam satu aplikasi, jadi dalam hal desainnya Livin didesain sebagai sebuah journey,” tutur Direktur Information Technology Bank Mandiri, Timothy Utama.
Menurut Timothy, fokus utama dari peluncuran Livin Financial Superapp tersebut adalah membangun kapabilitas para nasabah dari kebiasaan yang konvensional menuju ke digital.
“Kami melihat dan bersyukur crowds yang kami bangun setelah satu tahun ini sangat luar biasa response dari masyarakat. Dalam setahun ini Livin sudah di download kira-kira lebih dari 20 juta,” imbuhnya.
Timothy meyakini nasabah terus memerlukan pengalaman atau fitur dari kehandalan produk Bank Mandiri, sehingga perlu adanya penguatan dalam kapabilitas, realibilitas, ketersediaan, dan keamanan.
“Untuk itu saya menjalankan terus IT kami dalam hal modernisasi teknologi di jaringan keamanan dan juga back end kami secara end to end kami akan terus bertumbuh dan berinovasi dan dapat bertumbuh secara sustainable,” ungkapnya.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute Agus Sugiarto menilai, perkembangan digital yang begitu pesat, telah memunculkan pemain-pemain baru di industri seperti fintech dan juga aset-aset digital dalam bentuk aset kripto.
Untuk mengetahui perkembangan digital di industri keuangan dalam negeri, Agus Sugiarto meluncurkan buku berjudul “Digitalisation: Changing the World of Financial Industry”.
Dalam buku Digitalisation: Changing the World of Financial Industry mengulas lebih dalam mengenai ekonomi digital khususnya di sektor keuangan.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada