JAKARTA - Ribut-ribut soal Front Pembela Islam (FPI) tidak bisa semata dilihat dari aksi kekerasan yang muncul. Sekretaris Jenderal Ikatan Sosiologi Indonesia,
Tri Pranadji, mengatakan, yang lebih penting lagi adalah mencari akar masalah yang menjadi pemicu munculnya gerakan model FPI.
Dia membandingkan aksi kekerasan yang dilakukan FPI beberapa kali, dengan suporter sepak bola yang tiba-tiba ngamuk. Kerap kali yang dibahas hanya soal ngamuknya suporter itu, tapi tak ditelisik mengapa suporter ngamuk.
"Akar masalah tak dibahas, orang berkelahi karena apa. Di sepak bola juga ada kekerasan. Mungkin karena ada pemain yang ditakling keras, wasit tak melihat," ujar Tri Pranadji, yang juga tenaga ahli kemendagri dalam pembahasan RUU ormas sebagai revisi UU Nomor 8 Tahun 1985 tentang ormas, saat bicara di diskusi bertema UU Ormas di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (18/2).
Menurutnya, yang muncul di publik saat ini adalah pertarungan opini antara kelompok masyarakat yang menghendaki pembubaran FPI, dan FPI yang juga punya hak untuk melakukan counter opini itu. Nah, mestinya, persoalan ini harus dikembalikan ke aspek hukum, yang mengenai ormas.
"Jadi, apa bisa dibubarkan atau tidak, kita harus kaji dari aspek hukum," ujarnya.
Dia mengusulkan perlunya dibentuk komisi yang secara khusus mengawasi sepak terjang ormas. "Apakah itu komisi pembubaran atau apa, tapi yang penting komisi yang khusus menangani ormas," terangnya. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perusahaan Pelanggar K3 Tinggi
Redaktur : Tim Redaksi