Perlu Aturan Melawak

Minggu, 01 Januari 2012 – 13:52 WIB

NAMA baik pelawak di tengah masyarakat diakui Kiki Fatmala jadi tercoreng sejak kasus Olga mencuat. Fakta itu sanksi sosial yang harus diterima dengan berat. Makanya dia minta pelawak jangan terus disudutkan lagi.

“Kasihani mereka. Tujuan mereka itu baik loh, tapi mungkin caranya yang salah, maka banyak kesandung masalah,” ujarnya.

Bintang Si Manis Jembatan Ancol ini berharap KPI tidak membredel para pelawak. Ke depan, dia minta KPI punya aturan mengikat, jelas dan tegas terhadap program lawakan.

“Bagus sih KPI panggil pelawak buat dikasih arahan, tapi jangan sampai programnya distop. Kasihan pelawak kalau lahan kerjanya ditutup. Lebih baik bikin undang-undang soal lawak aja deh,” terangnya.

Bom seks di eranya ini yakin kebanyakan orang suka program humor yang geli sekaligus miris sambil ‘menindas’ antar pemain lawak. Cara ini dianggap Kiki cukup kreatif untuk menguatkan dialog di panggung acara. “Dari dulu susah banget bikin orang ketawa. Jadi pelawak nggak cuma bikin orang girang tapi juga menghibur,” ucapnya.

Meski begitu, pemain film Pijit Atas Tekan Bawah ini setuju bahwa belakangan ini kreatifitas pelawak jadi ‘kebablasan’.  “Aku shock juga sih kok makin banyak kekerasan kayak dicela, dijorokin sampai dipukul. Beda banget sama yang dulu. Mungkin itu cara yang simple bikin orang ketawa,” katanya.

Kiki lantas membandingkan gaya lawakan dulu sama sekarang. Kalau dulu, ada banyak pesan moril dan pembelajaran. Sekarang ini minim sekali, cuma jual slapstick.

“Dulu ada Warkop, Bagito, sampai Patrio. Lawakan mereka lucu, pintar dan ada tuntunan. Itu berkat audisi sistematis. Semua lucu dengan bahan lawakan mendidik. Sekarang, audisinya instan, yah lawaknya seragam. Bermodal jago nyela, sampai gebuk-gebukan jadi bumbu komedi,” terangnya. (INS)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rina tak Setuju Menjurus Fisik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler