Perlukah Ibu Hamil Minum Obat Penguat Kandungan?

Kamis, 30 Januari 2020 – 22:51 WIB
Ilustrasi logo seseorang hamil. Foto: Antara

jpnn.com - Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencegah komplikasi selama kehamilan. Salah satu cara yang dituding ampuh adalah dengan minum obat penguat kandungan.

Namun, apakah pakar kesehatan setuju bahwa obat penguat kandungan sepenuhnya efektif dalam membantu menjaga kondisi kesehatan selama kehamilan? 

BACA JUGA: Banyak Wanita Hamil yang Tidak Makan Dengan Baik

Peran obat penguat kandungan bagi kehamilan

Obat penguat kandungan mengandung 17α-hydroxyprogesterone caproat atau disingkat 17-OHPC. Kerjanya serupa dengan hormon progesteron, yang diproduksi tubuh secara alami.

BACA JUGA: Cara Menurunkan Kadar Kolesterol Bagi Ibu Hamil

Peran hormon progesteron sangat penting di minggu-minggu awal kehamilan, di mana plasenta atau ari-ari belum terbentuk.

Hormon progesteron membantu mempertahankan kehamilan dengan menyiapkan rahim agar siap menerima dan menutrisi embrio yang sedang berkembang.

BACA JUGA: Sederet Kandungan Gizi Yang Ada Pada Tomat

Progesteron juga berperan dalam menumbuhkan jaringan payudara serta memastikannya tidak menghasilkan ASI sebelum waktunya.

Memasuki usia kehamilan 7-9 minggu, plasenta sudah mulai terbentuk.

Dengan adanya plasenta, fungsi hormon progesteron mulai tergantikan. Dan akhirnya betul-betul diambil alih oleh plasenta setelah usia kehamilan 10 minggu.

Artikel Lainnya: Janin Cegukan dalam Rahim, Pertanda Apa?

Karena efek-efek tersebutlah, obat penguat kandungan dalam bentuk suplementasi progesteron kerap diberikan kepada wanita hamil.

Pertanyaannya, kapan obat penguat kandungan diperlukan? Lalu, sampai usia berapa perlu minum obat penguat kandungan?

Siapa yang Biasanya Diberikan Obat Penguat Kandungan?

Obat penguat kandungan kerap diberikan untuk mencegah keguguran, yakni kematian janin sebelum usia kehamilan 20 minggu.

Ini menjadi resep standar bagi wanita dengan riwayat keguguran berulang (lebih dari 3 kali) yang tidak diketahui sebabnya.

Wanita yang baru hamil pertama kali juga kerap diresepkan saat mengalami flek-flek di awal kehamilan, yang bisa menjadi ancaman keguguran.

Obat ini juga biasanya diberikan untuk mencegah persalinan prematur pada wanita hamil dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu, yang tergolong berisiko tinggi.

Faktor risiko yang dimaksud, yaitu:

Memiliki riwayat keguguran atau melahirkan bayi prematur
Hamil kembar
Hamil kembali dengan jarak kurang dari 12 bulan setelah melahirkan
Memiliki tekanan darah tinggi
Dalam kondisi stres yang tinggi
Merokok, mengonsumsi alkohol atau menggunakan narkoba
Mengalami masalah pada rahim, serviks atau vagina

Lantas, Apakah Betul Efektif?

Efektivitas suplementasi progesteron dalam mencegah keguguran dan persalinan prematur sesungguhnya sangat individual dan harus dilihat kasus per kasus.

Ini tidak bisa dianggap sebagai obat mujarab untuk semua wanita hamil, karena tiap kehamilan itu unik dan banyak faktor yang memengaruhinya.

Hasil kajian berbagai studi menemukan bahwa suplementasi progesteron cukup efektif untuk mencegah persalinan prematur pada wanita hamil yang berisiko tinggi.

Di luar indikasi itu, efektivitasnya masih meragukan. Bahkan ada studi yang menemukan bahwa wanita hamil yang mendapatkan suplementasi progesteron memiliki tingkat keguguran yang lebih tinggi.

Meski masih pro dan kontra, suplementasi progesteron tetap diresepkan karena tidak banyak pilihan bagi wanita yang terancam atau pernah mengalami keguguran atau riwayat persalinan prematur.

Pada sebagian kasus, suplementasi progesteron memang dapat membantu mempertahankan kehamilan.(klikdokter)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler