Permadi: Gunung Salak Angker, Jangan Gegabah!

Senin, 14 Mei 2012 – 08:54 WIB

BOGOR- Tragedi kecelakaan maut pesawat Sukhoi Superjet (SSJ) 100  di Gunung Salak Bogor, terus melahirkan spekulasi di masyarakat. Pasalnya, terdapat beberapa kejanggalan saat pesawat yang digadang-gadang memiliki teknologi tercanggih ini mengudara untuk ke dua kalinya di langit kota hujan.

“Memang pertanyaan kuncinya adalah, permintaan pilot untuk menurunkan ketinggian pesawat dari 10 ribu feet ke 6000 feet. Padahal itu sangat membahayakan penerbangan,” ujar Ketua Forum Transportasi Udara Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Suharto Abdul Majid.

Menurut pandangannya, pilot diduga tidak melakukan penerbangan secara visual dengan baik. Padahal, dalam penerbangan dengan local condition, pilot dituntut mengaplikasikan dua metode penerbangan yakni visual dan teknis. Terlebih, sang pilot tidak menguasai medan secara penuh. Sehingga penerbangan visual sangat diperlukan untuk melakukan berbagai pertimbangan. Selain itu, Suharto juga mempertanyakan briefing yang dilakukan pilot sebelum lepas landas.

“Apa sudah ada briefing dulu sebelum take off? Saya menduga pilot kurang memanfaatkan penerbangan visual. Fakta ini terlihat pada penerbangan pertama di bawah jam 12 siang, dimana langit masih cerah. Sedangkan pada penerbangan kedua, sudah di atas jam 2 sore,” paparnya.

Meski begitu, Suharto enggan mengiyakan spekulasi yang berkembang di masyarakat. Sebut saja dugaan pilot kabur ketika meminta turun di ketinggian 6000 feet, atau pendapat yang mengatakan bahwa kecelakaan tersebut merupakan aksi terorisme. Menurutnya, pesawat komersil tak didukung teknologi pesawat tempur, sehingga tak ada waktu yang cukup untuk pilot melarikan diri menggunakan kursi pelontar.

“Saya kok lebih setuju ini karena pilot error (kesalahan pilot). Semestinya ada pembekalan dan koordinasi dengan pilot lokal, atau kalau perlu ada semacam pendampingan dengan pilot lokal,” kata dia.

Paranormal yang juga politisi dari Partai Gerindra, Permadi, memiliki pandangan yang berbeda. Menurutnya, semua kecelakaan yang terjadi di atas Gunung Salak dikarenakan kekuatan mitis di kawasan gunung tersebut.

Bagi pria berambut putih ini, kekuatan mistik di Gunung Salak tak terbantahkan lagi. Beberapa kali kecelakaan yang terjadi di Gunung Salak, merupakan bukti wilayah tersebut memiliki aura tersendiri dan tidak boleh dianggap remeh. “Sudah terbukti dengan beberapa kejadian. Gunung Salak itu angker. Jangan gegabah!,” ucapnya.

Ia menambahkan, sikap pilot yang gegabah dengan meminta untuk menurunkan ketinggian juga dinilai sebagai penyebab jatuhnya pesawat tersebut. Mengingat, secara ilmiah telah dibuktikan bahwa sang pilot salah dalam menentukan arah sehingga menabrak tebingan Gunung Salak.

Karenanya, Permadi mendesak pihak terkait untuk segera melakukan penyelidikan dan membuktikan semua spekulasi yang muncul dan berkembang. “Harus segera dibuktikan. Biar spekulasinya tidak kemana-mana,” tandasnya.    

Seperti diberitakan sebelumnya, pengamat intelijen bisnis Wawan H Purwanto menyebutkan, dugaan sabotase bisnis dimungkinkan. Secara fakta, tiap maskapai memang saling bersaing. Akan tetapi, untuk membuktikan apakah Sukhoi benar jatuh karena sabotase, itu harus berdasar hasil investigasi yang mendalam. Asumsi sabotase bisnis harus dibuktikan secara ilmiah. Misalnya dengan menunggu hasil investigasi black box.(ric)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Black Box Diduga Di Dasar Jurang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler