Permintaan Brigjen TNI Farid Makruf soal Mujahidin Indonesia Timur, Pakai Kata Tolong

Senin, 30 November 2020 – 02:05 WIB
Pasukan TNI-Polri yang tergabung dalam Satgas Tinombala masih mengejar sejumlah anggota MIT Poso. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, PALU - Komandan Komando Resort Militer (Danrem) 132/Tadulako Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf meminta kepada seluruh masyarakat untuk tidak membantu gerakan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dalam bentuk apa pun.

Pernyataan ini disampaikan Brigjen Farid Makruf terkait aksi pembantaian satu keluarga yang diduga dilakukan oleh kelompok MIT pimpinan Ali Kalora di Desa Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng) pada Jumat (27/11) pagi.

BACA JUGA: Begini Kekejaman Kelompok Mujahidin Indonesia Timur Pimpinan Ali Kalora, Tanpa Kata-kata

"Tolong untuk masyarakat berhenti membantu kelompok MIT ini dengan menyediakan atau memberi bahan makanan, dan memberikan informasi keberadaan anggota TNI dan Polri yang sedang melaksanakan pengejaran," pinta Brigjen Farid saat memberikan keterangan pers bersama Kapolda Sulteng Irjen Abdul Rakhman Baso di Palu, Minggu (29/11).

Dia menegaskan bahwa tindakan pembantaian yang diduga dilakukan kelompok teroris MIT tidak mencerminkan perjuangan nilai-nilai Islam.

BACA JUGA: Ruhut Sitompul: Pakai Kabur Lagi dari Rumah Sakit

Menurutnya, tidak ada satu pun ajaran dalam agama Islam baik yang tertuang dalam kitab suci Alquran maupun hadis yang membenarkan tindakan seperti yang dilakukan kelompok teroris yang mengatasnamakan MIT itu.

"Mereka tidak memperjuangkan pemahaman Islam. Tidak ada ajaran dalam agama Islam yang mengajarkan seperti apa yang kelompok MIT lakukan. Mereka hanya menamakan kelompoknya MIT," tegas Brigjen Farid.

BACA JUGA: Terima Laporan dari Bogor, Letjen Doni Beri Peringatan & Ancaman untuk Habib Rizieq

Karena itu, dia mengajak seluruh lapisan masyarakat di Sulteng tanpa memandang agama, suku maupun ras untuk saling membantu agar masalah kelompok teroris MIT segera tuntas dan tidak berlarut-larut.

Farid juga menegaskan tidak ada gereja yang dibakar saat peristiwa pembantaian pada Jumat pagi itu.

Hal tersebut ditegaskan Brigjen Farid mengingat adanya informasi-informasi tidak benar atau hoaks yang terlanjur tersebar di media sosial bahwa ada gereja yang dibakar.

"Saya ingatkan agar tidak menyebarkan video atau kabar hoaks mengenai peristiwa itu karena sangat berpengaruh besar seperti dikabarkan ada Gereja yang dibakar padahal tidak benar. Ini berpotensi menimbulkan konflik SARA," tegas Farid.

Farid juga menyampaikan hingga saat ini aparat gabungan TNI dan Polri yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Tinombala masih terus melakukan penyelidikan terhadap peristiwa tersebut dan mengejar para pelaku pembantaian.

Diketahui, satu keluarga di Desa Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulteng, dibantai oleh orang tak dikenal pada Jumat (27/11) sekitar pukul 09.00 WITA pagi.

Belakangan ditemukan indikasi bahwa pelakunya merupakan anggota kelompok teroris yang mengatasnamakan MIT pimpinan Ali Kalora yang kerap berkeliaran di pegunungan Kabupaten Poso.(antara/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler