Begini Kekejaman Kelompok Mujahidin Indonesia Timur Pimpinan Ali Kalora, Tanpa Kata-kata

Minggu, 29 November 2020 – 17:22 WIB
Kapolda Sulawesi Tengah Inspektur Jenderal Polisi Abdul Rakhman Baso, saat meninjau TKP kekerasan terhadap warga di Desa Lemba Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (28/11/2020). ANTARA/HO-Dokumentasi Polda Sulawesi Tengah

jpnn.com, PALU - Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol Abdul Rakhman Baso mengungkap kekejaman kelompok yang diduga Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora, di Sigi.

Menurut Irjen Baso, peristiwa di Desa Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng) itu diduga dilakukan oleh delapan orang DPO kelompok MIT.

BACA JUGA: Memburu Mujahidin Indonesia Timur, TNI Mengerahkan Pasukan Pengejar, Intel, dan Satgas Teritorial

“Dari keterangan saksi yang melihat langsung saat kejadian yang kami konfirmasi dengan foto-foto DPO MIT Poso, ada kemiripan," kata Baso, di Palu, Minggu (29/11).

Peristiwa itu berlangsung pada Jumat (27/11)  pukul 09.00 WITA, di salah satu rumah warga di Desa Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi.

BACA JUGA: Pak Kapolres Ungkap Cara Habib Rizieq Kabur dari RS Ummi, Ternyata

Mulanya rumah warga tersebut didatangi delapan OTK (orang tak dikenal).

Delapan orang itu masuk melalui pintu belakang untuk mengambil bahan kebutuhan pokok secara paksa, tanpa kata-kata.

BACA JUGA: Ulin Lolos dari Pembantaian Satu Keluarga, 100 Pasukan Dikerahkan Memburu Ali Kalora

"Masuk lewat belakang mengambil beras kurang lebih 40 kilogram. Setelah itu melakukan penganiayaan tanpa ada statement apa pun, menggunakan senjata tajam tanpa perikemanusiaan mengakibatkan empat orang korban,” ungkap Irjen Baso.

Bahkan, para pelaku kemudian membakar sekitar enam rumah milik warga setempat.

"Saya sendiri sudah cek langsung ke TKP kemarin, dan dari enam rumah ini empat yang terbakar habis, dua (lagi) hanya dapur bagian belakang itu pun bukan rumah inti, rumah tambahan beratapkan alang-alang," jelasnya.

Menurut Irjen Baso, di lokasi kejadian terdapat sekitar 50 rumah transmigrasi. Dari semua rumah itu hanya sembilan yang dihuni tetap.

Dari sembilan rumah yang dihuni itu, kata Baso, bukan hanya warga dari satu suku dan agama saja, sehingga di sana terjalin toleransi yang sangat bagus di lokasi itu.

Baso menegaskan, tujuan aksi kelompok yang disebut teroris MIT Poso ini menakuti-nakuti masyarakat dan memecah-belah kesatuan dan persatuan warga yang selama ini sudah baik terjalin.

"Jelas tujuan pelaku melakukan aksinya agar terjadi perpecahan kesatuan, khususnya menjelang Pilkada ini, karenanya jangan sampai terprovokasi," pungkas Irjen Baso.(antara/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler