NUNUKAN - Setelah bertengger kokoh di angka Rp 9.600 pada awal Maret lalu, harga rumput laut di Nunukan kembali merangkak naik. Harga satu kilogram rumput laut kering, saat ini stabil di harga Rp 10.300 per kilogram.
Di sentra penghasil rumput laut di Tanjung Harapan, Lancang dan Simengkadu Kecamatan Nunukan Selatan, kalangan pengepul maupun Gabungan Kelompok Tani (Gapokan) cukup bersaing dalam mematok harga beli.
Kenaikan harga komoditi ini masih dipicu kuat oleh tingginya permintaan pasar domestik maupun mancanegara. Malah, beberapa pengusaha besar di tanah air maupun luar negeri, baru-baru ini dikabarkan berkunjung ke Nunukan guna melihat langsung sejumlah tempat produksi komoditi laut ini.
"Ada pengusaha asal Tiongkok yang datang ke Mamolo. Mereka mau lihat langsung kualitas rumput laut di Nunukan," ujar Syaifuddin seperti diberitakan Radar Tarakan (JPNN Grup), Senin (11/3).
Pemuda yang juga eksis mengembangkan budidaya rumput laut bersama orangtuanya ini menambahkan, harga rumput laut memang tidak sepenuhnya sama. Namun secara keseluruhan, harga kering yang dibanderol petani paling rendah Rp 10.000 per kilogram.
"Kalau ditempat kami ini masih Rp 10.000," aku Edy, salah seorang pembudidaya di Desa Lancang.
Ditambahkan Edy, harga ini memang sesuai dipatok pengepul. Sebab, petani tidak perlu repot-repot mengantarkan hasil rumput laut mereka ke lokasi pengepul."Jadi pengepulnya langsung yang datang ke penjemuran. Kami lebih senang jual ditempat. Memang agak sedikit murah, tapi selisihnya paling cuma Rp 300,- kalau diantar sendiri ke pengepul," imbuhnya.
Pasca menguatnya harga rumput laut dipasaran, diakui Edy, banyak kalangan petani yang semula sudah "gantung tali" kembali menggeluti usaha rumput laut. Bahkan ada juga pembudidaya-pembudidaya baru yang bermunculan.
Meski ditopang harga tinggi, petani tidak lantas latah mempercepat proses panen. Menurut Edy, waktu panen normal paling cepat 50 hari setelah bibit rumput laut diturunkan.
"Ada juga yang sampai tiga bulan baru panen. Tergantung bibit yang dipasang. Karena ada bibit yang rapuh kalau tidak cepat di panen, ada juga yang kuat walaupun diterjang ombak," tuturnya.
Untuk ukuran sedang dikatakan Edy, petani di Desa Lancang umumnya mampu menghasilkan 2 ton rumput laut untuk satu kali panen.
"Paling sedikit 500 kilogram. Tergantung tali yang kita punya. Semakin banyak tali, berarti semakin banyak juga hasil yang bisa di panen," jelasnya.
Komoditi rumput laut Nunukan paling banyak dikirim ke Surabaya dan Sulawesi. Apalagi beberapa bulan belakangan, sentra penghasil di kota-kota besar tersebut, sedang memasuki musim cuaca ekstrim yang berpengaruh pada hasil produksi rumput laut. (dra/ica/c1)
Di sentra penghasil rumput laut di Tanjung Harapan, Lancang dan Simengkadu Kecamatan Nunukan Selatan, kalangan pengepul maupun Gabungan Kelompok Tani (Gapokan) cukup bersaing dalam mematok harga beli.
Kenaikan harga komoditi ini masih dipicu kuat oleh tingginya permintaan pasar domestik maupun mancanegara. Malah, beberapa pengusaha besar di tanah air maupun luar negeri, baru-baru ini dikabarkan berkunjung ke Nunukan guna melihat langsung sejumlah tempat produksi komoditi laut ini.
"Ada pengusaha asal Tiongkok yang datang ke Mamolo. Mereka mau lihat langsung kualitas rumput laut di Nunukan," ujar Syaifuddin seperti diberitakan Radar Tarakan (JPNN Grup), Senin (11/3).
Pemuda yang juga eksis mengembangkan budidaya rumput laut bersama orangtuanya ini menambahkan, harga rumput laut memang tidak sepenuhnya sama. Namun secara keseluruhan, harga kering yang dibanderol petani paling rendah Rp 10.000 per kilogram.
"Kalau ditempat kami ini masih Rp 10.000," aku Edy, salah seorang pembudidaya di Desa Lancang.
Ditambahkan Edy, harga ini memang sesuai dipatok pengepul. Sebab, petani tidak perlu repot-repot mengantarkan hasil rumput laut mereka ke lokasi pengepul."Jadi pengepulnya langsung yang datang ke penjemuran. Kami lebih senang jual ditempat. Memang agak sedikit murah, tapi selisihnya paling cuma Rp 300,- kalau diantar sendiri ke pengepul," imbuhnya.
Pasca menguatnya harga rumput laut dipasaran, diakui Edy, banyak kalangan petani yang semula sudah "gantung tali" kembali menggeluti usaha rumput laut. Bahkan ada juga pembudidaya-pembudidaya baru yang bermunculan.
Meski ditopang harga tinggi, petani tidak lantas latah mempercepat proses panen. Menurut Edy, waktu panen normal paling cepat 50 hari setelah bibit rumput laut diturunkan.
"Ada juga yang sampai tiga bulan baru panen. Tergantung bibit yang dipasang. Karena ada bibit yang rapuh kalau tidak cepat di panen, ada juga yang kuat walaupun diterjang ombak," tuturnya.
Untuk ukuran sedang dikatakan Edy, petani di Desa Lancang umumnya mampu menghasilkan 2 ton rumput laut untuk satu kali panen.
"Paling sedikit 500 kilogram. Tergantung tali yang kita punya. Semakin banyak tali, berarti semakin banyak juga hasil yang bisa di panen," jelasnya.
Komoditi rumput laut Nunukan paling banyak dikirim ke Surabaya dan Sulawesi. Apalagi beberapa bulan belakangan, sentra penghasil di kota-kota besar tersebut, sedang memasuki musim cuaca ekstrim yang berpengaruh pada hasil produksi rumput laut. (dra/ica/c1)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Peselancar Berpesta di Pantai Barat
Redaktur : Tim Redaksi