Maskpai penerbangan asal Australia, yang dikenal dengan tiket murahnya, menghentikan operasinya setelah 13 tahun mengudara.
Keputusan penutupan perusahaan yang dimiliki kelompok maskapai Virgin Australia ini diumumkan Kamis malam kemarin (10/09).
BACA JUGA: Saling Tuding, Ada Apa Lagi Antara Australia dan Tiongkok?
Dalam pernyataan, Virgin menyebutkan keputusan sulit ini terpaksa diambil karena beratnya situasi yang dialami industri pariwisata di tengah pandemi.
"Tak bisa disangkal lagi saat ini merupakan masa-masa sulit bagi semua pihak dalam industri travel dan pariwisata," kata pernyataan itu.
BACA JUGA: Sempat Jadi Pusat Penyebaran Virus Corona, Restoran Ini Nyaris Bangkrut
Sementara untuk para pelanggan yang telah membeli tiket untuk penerbangan Tigerair bisa menggunakan kredit dari tiket yang sudah dibeli di maskapai penerbangan lain yang dioperasikan Virgin Australia. Photo: Suasana di bandara kota Perth pada bulan Februari 2017, saat penerbangan Tigeriair ke Bali dibatalkan. (ABC News: Tom Wildie)
BACA JUGA: Mengapa Penyintas COVID-19 Tetap Kehilangan Indra Penciuman Setelah Sembuh?
Pernah bermasalah soal izin terbang ke BaliSebelum tahun 2017, ratusan warga Australia dari Melbourne, Adelaide, dan Perth terbang ke Bali setiap harinnya menggunakan Tigerair, seperti yang pernah dilaporkan kantor berita Reuters.
Namun tiga tahun lalu, Tigerair memutuskan menghentikan penerbangan ke Bali secara permanen, karena Pemerintah Indonesia saat itu menolak memberikan persetujuan regulasi yang diajukan maskapai tersebut.
Tigerair kemudian diminta untuk menyediakan regulasi alternatif oleh Pemerintah Indonesia, namun mereka mengaku setidaknya butuh enam bulan, sehingga memilih untuk menutup penerbangan ke Bali sepenuhnya.
Di bulan Januari 2017 saat musim liburan, Tigerair pernah mendapat sorotan setelah 700 penumpang Australia terdampar di Bali karena pembatalan penerbangan dikarenakan masalah persyaratan dan izin. Photo: Tigerair telah mengangkut sekitar 30 juta penumpang sejak beroperasi pada tahun 2007.
Masalah sebelum pandemi COVID-19
Rencana penghentian operasi Tigerair telah disampaikan pemilik baru Virgin Australia Bain Capital sejak awal Agustus lalu.
Virgin Australia menyatakan pihaknya akan mempertahankan izin operasi maskapai, sehingga sewaktu-waktu bisa digunakan kembali jika industri pariwisata domestik sudah pulih.
Pada saat itu Direktur Utama Virgin Australia, Paul Scurrah menyatakan Tigerair harus melakukan pengurangan besar-besaran agar bisa bertahan terhadap pandemi COVID-19.
Paul memperkirakan perlu waktu tiga tahun sebelum pasar penerbangan domestik dan penerbangan internasional jarak dekat bisa kembali seperti sebelum pandemi.
Sebelum Bain Capital mengumumkan rencana ini, Tigerair sebenarnya telah mengalami kesulitan.
Sebanyak lima rute domestik Tigerair telah ditutup pada Februari lalu, setelah Virgin Australia mengumumkan kerugian sebesar 100 juta dolar dalam enam bulan sebelumnya.
Tigerair juga mengurangi sepertiga jumlah armadanya.
Menurut Paul penghentikan operasi Tigerair bukanlah keputusan yang mudah namun terpaksa diambil untuk mempertahankan perusahaan induknya.
Tigerair pertama kali mengudara di Australia pada tahun 2007 dengan rute penerbangan Melbourne ke tujuan wisata Gold Coast.
Sejak itu maskapai ini telah mengangkut sekitar 30 juta penumpang, termasuk penerbangan ke Bali.
Artikel ini diproduksi oleh Farid Ibrahim
BACA ARTIKEL LAINNYA... Uji Coba Vaksin COVID-19 di Inggris Terpaksa Ditangguhkan Gegara Penyakit Misterius