Pandemi COVID-19 tidak hanya merengut korban jiwa, tapi juga merugikan banyak bisnis di dunia, termasuk restoran yang dinyatakan sebagai lokasi penularan virus corona.

Padahal apa yang terjadi bukan karena kesalahan pemilik atau pengelola restoran, namun karena tak ada lagi pelanggan yang datang.

BACA JUGA: Sepertinya Jokowi dan Anies Mulai Kompak Tangani Covid-19, Ini Indikasinya

Seperti yang dialami sebuah restoran makanan Thailand di Sydney bernama Thai Rock yang menjadi klaster penyebaran COVID-19 terbesar di ibukota New South Wales sejauh ini.

Restoran tersebut sudah dibuka kembali, namun hanya sedikit sekali pelanggan yang datang.

BACA JUGA: Calon Kepala Daerah yang Positif Covid-19 Terus Bertambah

Bila keadaan terus berjalan seperti itu, pemiliknya, yakni Stephani dan David Boyd mengatakan mereka akan bangkrut dalam hitungan pekan. Photo: Leanne E diperkerjakan sebagai Marshall COVID untuk memastikan semua yang datang tetap menjaga jarak ketika berada di restoran. (ABC News: Mridula Amin)

 

BACA JUGA: Wasekjen MUI Dukung Anies Baswedan Terapkan PSBB

Pasangan ini menutup restoran mereka di Wetherill Park tanggal 9 Juli, setelah seorang karyawan positif mengidap virus corona.

Dua bulan kemudian, setelah diketahui ada 103 kasus virus yang bermula dari tempat ini, membuat bisnis restoran mereka dalam keadaan sangat sulit.

Seminggu setelah dibuka kembali, restoran tersebut masih sepi.

"Kami sekarang hanya melayani sekitar 10 persen dari bisnis kami sebelum ditutup," kata Stephani

"Bila ini terus berlanjut selama empat minggu lagi, kami akan bangkrut." Photo: Belum banyak yang datang lagi setelah Thai Rock dibuka lagi. (ABC News: Mridula Amin)

  Photo: Chef Kim Tran mengenakan sarung tangan dan masker ketika sedang mempersiapkan makanan. (ABC News: Mridula Amin)

 

Klaster kasus di restoran ini bermula hanya dari satu makan siang yang kemudian berkembang selama beberapa minggu.

"Ketika kami mendapat telepon pertama dari seorang staf, kami kemudian berusaha memastikan semua orang selamat dan sehat," kata Stephani.

"Namun ketika kami menjalani isolasi, disitulah kesedihan dan kenyataan mulai muncul."

Pada awalnya ada 15 orang yang dinyatakan tertular virus corona. Photo: Bisnis berkurang sebanyak 90 persen sejak adanya kasus positif yang bermula dari restoran tersebut. (ABC News: Mridula Amin)

  Photo: Seorang staf melayani tamu yang masih sedikit saat makan siang di Thai Rock. (ABC News: Mridula Amin)

 

Namun jumlahnya terus meningkat, karena mereka yang makan di restoran tersebut kemudian menyebarkan ke yang lain.

"Setiap kasus baru, rasanya seperti sayatan baru dalam luka yang saya alami," kata Stephani.

"Saya melihat kasus baru diberitakan di media, di Facebook, dan air mata saya berlinang tanpa henti."

Tanggal 26 Juli, restoran kedua milik pasangan tersebut di Potts Point juga menyatakan adanya kasus COVID-19 dan kemudian menyebarkan ke enam orang lainnya dalam dua minggu.

Menteri Keuangan negara bagian New South Wales Dominic Perrottet sebelumnya memperkirakan perekonomian negara bagian terbesar di Australia tersebut akan menurun sebesar 10 persen di tahun ini. Photo: Lebih dari 100 kasus penularan terjadi yang pada awalnya berasal dari restoran Thai Rock. (ABC News: Mridula Amin)

  Photo: Chef Kern Phoumivong sedang mempersiapkan masakan di Thai Rock. (ABC News: Mridula Amin)

 

Memang banyak bisnis lain yang terpengaruh oleh adanya pandemi ini, namun bagi Restoran seperti Thai Rock mengembalikan reputasi merupakan salah satu masalah yang juga harus dihadapi.

Komentar-komentar terutama dari media sosial beredar dimana-mana.

"Kami dibilang supaya mati sengaja dan masuk neraka," kata Stephani.

"Banyak yang menulis review buruk mengenai restoran kami di online, padahal restoran tutup saat itu untuk dibersihkan."

"Saya sampai tidak berani bangun tidur dan tiap hari menangis." Photo: Manajemen sudah memasang kamera thermal untuk memantau suhu tubuh mereka yang datang ke restoran. (ABC News: Mridula Amin)

  Photo: Manajemen berusaha semaksimal mungkin memastikan restoran Thai Rock aman bagi kunjungan pelanggan. (ABC News: Mridula Amin)

 

Stephani mengatakan ia akan sangat kecewa bila restoran itu nantinya harus ditutup, bisnis yang sudah dijalaninya selama delapan tahun terakhir.

Pemilik restoran ini sekarang sudah memasang kamera thermal untuk mengecek suhu tubuh setiap orang yang masuk ke Thai Rock.

Mereka juga menempatkan seorang staf khusus yang memantau apakah social distancing dipatuhi di dalam restoran, selain tentu juga disediakan 'hand sanitiser' dan juga pembersihan teratur.

"Kami juga menyewa seorang ahli mikrobiologi untuk melakukan kunjungan mendadak dan mengecek seluruh restoran, kita juga menggunakan pembersih eletronik," kata David Boyd.

"Biayanya besar namun apalagi yang bisa kani lakukan, kami hanya bisa berusaha."

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya.

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini

Video Terpopuler Hari ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... PSBB Jakarta Diterapkan, Seluruh Mal Ditutup Tetapi...

Berita Terkait