jpnn.com, SEMARANG - Mantan narapidana terorisme Machmudi Hariono alias Yusuf tampak sibuk merapikan rumahnya di Gisikdrono Rt4/13 Kecamatan Semarang Barat, Kamis (4/3).
Yusuf cekatan menata kursi serta membersihkan kolam-kolam lele di depan rumahnya. Tidak biasanya Yusuf melakukan itu, apalagi sampai dibantu beberapa warga. Itu karena dia mendapat kabar Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo akan singgah ke rumahnya.
Tepat pukul 07.15 WIB Ganjar tiba di lokasi itu. Sambil gowes pagi, Ganjar menyempatkan mampir ke kediaman Yusuf yang juga Ketua Yayasan Persadani. Itu adalah yayasan yang menaungi eks napiter di Jawa Tengah.
Di tempat tersebut, Ganjar langsung ngobrol gayeng bersama Yusuf, eks napiter yang pernah dihukum 10 tahun penjara itu. Keduanya berbincang terkait proses reintegrasi sosial eks napiter.
BACA JUGA: Pemerintah Coba Cegah Terorisme dan Radikalisme dengan Perpres Nomor 7 Tahun 2021
Mantan anak buah Noordin M Top itu mengaku beternak lele selama proses reintegrasi sosial. Dengan cara itu, Yusuf dan beberapa rekan eks napiter di Semarang bisa mudah diterima oleh masyarakat.
Yusuf mengaku dulu dia ditangkap di lokasi yang sama dengan tempat tinggalnya. Saat itu, penangkapannya sempat membuat warga gempar.
BACA JUGA: Dua Minggu, Densus 88 Antiteror Sikat 20 Terduga Teroris di Jatim
"Hari ini saya kembali ke sini dan menjadi warga sini sekaligus bertanggung jawab memulihkan rasa waswas di tengah masyarakat. Ini sebagai tanggung jawab moral saya pribadi," kata Yusuf.
Yusuf yang ditangkap karena menyembunyikan bahan peledak hampir 1 ton itu mengatakan, proses reintegrasi sosial dengan cara ternak lele ternyata efektif.
Kini dia bisa diterima masyarakat dan banyak memberi nasihat untuk warga agar tidak terjerumus radikalisme dan terorisme
"Apalagi, ajaran itu sekarang banyak di media sosial. Harus ada langkah preventif agar terhindar dari paham-paham radikal itu," jelasnya.
Tak jarang, lanjut Yusuf, masyarakat bertanya tentang pengalamannya menjadi bagian dari gerakan terorisme dan upaya pencegahannya.
"Kalau ketemu di warung, sambil lesehan ada yang tanya soal itu. Saya jelaskan pelan-pelan. Intinya jangan sampai masyarakat terbawa pada image dan praduga mereka, saya berikan titik terang untuk memahami," tambahnya.
Yusuf meminta masyarakat berhati-hati dengan masifnya penyebaran paham radikal dan terorisme itu. Sebab, pengaruh paham itu sekarang sangat mudah disebarkan melalui medsos.
"Harus lebih waspada, siapapun dan di manapun bisa terkena paham ini. Jadi harus memproteksi diri dengan memperbanyak narasi," tegasnya.
Ganjar yang mendengar pengalaman Yusuf tak henti memberi apresiasi. Dia memuji langkah reintegrasi sosial yang dilakukan Yusuf dan eks napiter lain di Jawa Tengah.
Menurutnya, para eks napiters bisa menjadi rujukan sekaligus duta perdamaian di tempatnya masing-masing.
"Ini keren ya, apalagi caranya bagus, ada kreativitas yang dibangun. Di Genuk ada ternak lele, di sini jua sama, di Solo ada warung soto. Dengan cara-cara itu penerimaan masyarakat akan jadi baik," tutur Ganjar. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia