jpnn.com, MATARAM - Gubernur NTB TGB HM Zainul Majdi mengecam keras pembantaian terhadap etnis Rohingya di Myanmar.
Penindasan yang menewaskan ratusan warga Rohingya muslim itu bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan agama.
BACA JUGA: Prabowo Cocok Berpasangan dengan Tokoh Ini, Bukan Fahri Hamzah
Menurut Zainul Majdi, apa yang dialami etnis Rohingya di Myanmar adalah sebuah tragedi kemanusiaan yang mengerikan.
Tragedi itu menimpa orang-orang lemah, etnis minoritas yang semakin terdiskriminasi. Dalam pemberitaan beberapa hari terakhir, pembantaian warga tidak bersenjata itu banyak memakan korban ribuan orang, kebanyak dari kaum perempuan dan anak-anak.
BACA JUGA: Zainul Majdi Sebut Dahlan Iskan dan NTB Punya Keterikatan
Tapi ia menyangkan, dengan apa yang dialami etnis Rohingya, komunitas internasional seperti menutup mata dan tidak ada pernyataan yang keras untuk mengecam tindakan itu.
”Apalagi hukuman, sanksi kepada pemerintah Myanmar yang membiarkan pembantaian seperti itu,” tegas Zainul Majdi.
BACA JUGA: PKS Tampung Aspirasi untuk Usung Jenderal Gatot di Pilpres
Ditinjau dari sisi kemanusiaan maupun nilai-nilai agama, menurut TGB tidak ada agama yang mengajarkan pembantaian mengerikan seperti yang dialami warga Rohingya.
Karena itu, atas nama warga NTB ia meminta pemerintah pusat bersikap lebih tegas untuk menghentikan penindasan itu.
”Tidak bisa dibiarkan ada satu pembantaian kemanusiaan seperti ini,” katanya.
Jika pemerintah Myanmar meminta Indonesia tutup mulut atas peristiwa itu, maka pemerintah Myanmar harus berhenti membantai rakyatnya sendiri.
Mereka tidak bisa meminta masyarakat dunia tutup mulut bila pembantaian masih tetap terjadi terhadap etnis Rohingya.
”Ingat bahwa masalah-masalah yang punya dimensi keagamaan itu potensial bisa menjadi masalah regional,” ujarnya.
Ia mendesak pembantaian etnis Rohingya dihentikan, dan sejak Jumat kemarin, semua kotak amal di masjid akan diarahkan untuk membantu warga muslim Rohingya yang sedang mendapat cobaan luar biasa.
Zainul Majdi juga setuju jika penghargaan Nobel perdamaian tokoh Myanmar Aung San Suu Kyi dicabut, karena ia dianggap tidak melakukan pembelaan terhadap penindasan warga Rohingya di Myanmar.
”Saya pikir orang yang mendiamkan pembantaian tidak pantas dicatat sejarah sebagai penerima Nobel,” katanya.
Suu Kyi menerima penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 1991 karena menjadi tokoh antikekerasan, demokrasi dan hak asasi manusia.
”Harusnya dicabut (penghargaan Nobel) bahkan harus dikasih sanksi internasional,” tambah Majdi.
Sementara itu, Wakil Gubernur NTB H Muhammad Amin menambahkan, semua kaum muslim bersaudara, termasuk warga Rohingya merupakan keluarga besar muslim dunia.
Sehingga ketika mereka ditimpa musibah, maka sepatutnya muslim lain membantu. Tidak hanya dengan doa, tapi juga dengan memberikan bantuan berupa donasi uang. (ili)
BACA ARTIKEL LAINNYA... NTB Perkuat Keuangan Syariah
Redaktur & Reporter : Soetomo