Pernyataan Ruhut Picu Emosi FPI

Rabu, 23 Mei 2012 – 03:03 WIB

JAKARTA - Front Pembela Islam (FPI) tetap bersikukuh menolak rencana konser Lady Gaga. Selasa (22/5), FPI bersama dengan Forum Umat Islam (FUI), mereka memutuskan mendatangi Komisi III DPR untuk menyampaikan sikap penolakan.
   
Namun, bukannya dukungan kelembagaan dari parlemen yang didapat, rapat dengar pendapat dengan Komisi yang membidangi hukum dan HAM tersebut justru berakhir panas. Rapat dihentikan setelah muncul ketegangan antara anggota Komisi III dari Fraksi Partai Demokrat Ruhut Sitompul dan rombongan anggota FPI serta FUI.
   
Bertempat di komplek parlemen, Senayan, Jakarta, rapat awalnya berlangsung seperti rapat dengar pendapat pada umumnya. Sejumlah perwakilan FPI dan FUI diberi kesempatan pertama kali menyampaikan pokok-pokok penolakan mereka.
   
Acara lalu dilanjutkan dengan mendengar pendapat perwakilan fraksi-fraksi. Di antara yang sempat berbicara adalah Ahmad Yani (Fraksi PPP) dan Andi Cakra Widajaya (Fraksi PAN). Ada yang mendukung penolakan seperti yang dilakukan FPI dan FUI, ada pula bersikap sebaliknya. 
     
Nah, saat pimpinan rapat sekaligus Wakil Ketua Komisi III Nasir Djamil memberi kesempatan kepada Ruhut Sitompul berbicara mewakili fraksi, ketegangan lalu memuncak. Dalam pernyataanya di depan peserta rapat, Ruhut mengingatkan, agar ormas-ormas yang melakukan penolakan agar tidak melakukan tindakan anarkhis.
     
"Dalam negara Pancasila ini, pemerintah sah harus kita dukung, dan jangan coba-coba bertindak anarkis," tegas Ruhut, dengan gaya khasnya. Dia juga meminta agar mereka yang menolak untuk menghormati dan mendukung keputusan kepolisian yang akhirnya memperbolehkan pelaksanaan konser.
     
"Jangan anarkis. Ormas pun kalau anarkis (akan) dibubarkan," tegas politisi berlatarbelakang lawyer sekaligus artis itu.
     
Sesaat setelah pernyataan itu disampaikan, situasi menjadi memanas. Sekjen FUI Alkhattath sempat merespon langsung sekaligus mempertanyakan pernyataan Ruhut tersebut. Bukan hanya itu, juru bicara FPI Munarman dan beberapa aktivis FPI lainnya memutuskan meninggalkan ruang rapat.
     
Melihat gelagat situasi rapat yang memanas itu, Nasir Djamil sebagai pimpinan rapat memutuskan menutup rapat tersebut.  Sesaat setelah ditutup, dua orang aktivis FUI, seorang di antaranya Ketua Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Alfian Tanjung langsung menghampiri Ruhut. "Apa maksud Anda bicara seperti itu?" teriak Alfian.
     
Menghadapi hal tersebut, Ruhut justru tak surut. Politisi yang dikenal kontroversial itu pun langsung berdiri. "Ini (Gedung DPR) rumah saya, saya berhak mengatakan apa saja. Itu hak konstitusi saya," sergahnya, tak mau kalah.
     
Sejumlah petugas Pamdal DPR pun langsung datang melerai dan memberi pengamanan pada Ruhut. Politisi yang dulu juga dikenal karena memelihara kuncir itu diajak pergi meninggalkan ruang rapat. Dia dibawa masuk ke ruang sekretariat Komisi III DPR.
     
Namun, ketegangan tidak berhenti di situ saja. Sejumlah aktivis FPI dan FUI, selama sekitar 10 menit, sempat mengitari ruang rapat Komisi III. "Mana itu provokator, dia yang bikin kita jadi anarkis," teriak salah seorang aktivis.
     
Mereka baru satu per satu meninggalkan area sekitar ruang Komisi III, setelah Sekjen FUI Alkhatath meminta anggotanya pergi. "Seluruh anggota Komisi III bagus, kecuali si Poltak (Ruhut Sitompul, Red)," katanya sambil berjalan pergi.
     
Selang beberapa menit kemudian, Ruhut akhirnya keluar dari ruang sekretariat Komisi. Sambil tersenyum dan ekspresi yang biasa, dia berjalan keluar.

"Saya tidak sembunyi. Ruhut ini anak kolong, FKPPI (Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan TNI, Red). Selama saya menegakkan kebenaran, langit boleh runtuh," kata Ruhut.
     
Dia bahkan mengaku sama sekali tidak merasa terancam atas insiden yang berlangsung beberapa waktu sebelumnya. "Bayangkan, ketua anak kolong FKPPI, ketua Pemuda Pancasila yang gitu-gitu, angin berlalu sepoi-sepoi. Saya tidak (terancam) saya santai aja karena selalu memegang tangan Tuhan bos," imbuh Ruhut, kembali dengan gaya khasnya.
     
Saat keluar dari ruangan tersebut, dia juga menegaskan kalau tidak akan meminta maaf atas semua yang sudah disampaikannya dalam rapat. "Tanyakan kepada kodok! Biar kodok tertawa termehek-mehek, karena apa yang harus dimintakan maaf? Saya laki-laki mantap, masuk lah barang itu," tandasnya.(wan/dyn/fal/rdl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Capres Harus Paham Sejarah Perjalanan Bangsa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler