jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan) Fadjry Djufry mengatakan, kalung antivirus Aromaterapi Eucalyptus sudah diujicoba kepada 16 pasien positif.
"Kami hanya me-record testimoni mereka tetapi tidak melakukan pengujian terhadap kondisi kesehatannya," terangnya dalam siaran pers, Senin (6/7).
BACA JUGA: Kalung Antivirus Belum Melalui Uji Klinis
Testimoni di antaranya khasiat spesifik setelah menggunakan produk di antaranya melegakan pernapasan, menghilangkan pusing, mual dan nyeri lainnya, perasaan lebih nyaman dan tenang.
"Aromanya yang segar membuat pengguna merasakan rasa enak saat dihirup. Salah satu pengguna (Pasien nomor VI) memberikan testimoni setelah rutin menghirup aroma roll on, saluran pernafasannya menjadi lebih lega, segar. Pasien ini juga berharap produk produk tersebut bisa bermanfaat khususnya untuk pasien COVID-19 juga untuk masyarakat umum sebagai antisipasi pencegahan terhadap COVID-19," tuturnya.
BACA JUGA: Kalung Antivirus Corona Dikritik, Begini Penjelasan dari Kementan
Dia melanjutkan, masyarakat umum mungkin masih bertanya-tanya apa yang membedakan Eucalyptus buatan Kementan dengan produk yang sudah beredar di pasaran.
Bedanya adalah formula yang dihasilkan Balitbangtan terdiri dari kombinasi beberapa minyak bahan aktif tidak hanya eucalyptus saja. Namun secara proporsional, Eucalyptus memang yang paling dominan.
BACA JUGA: DPR Minta Mentan Tunjukkan Riset Pendukung Kalung Antivirus
Karena bahan baku yang digunakan sudah terstandar, maka produk dan kandungan bahan aktifnya juga akan terstandar. "Berbeda bila kita menggunakan kayu putih yang banyak beredar di pasaran. Kandungan bahan aktif 1,8-Cineole sangat beragam, dari konsentrasi yang tinggi, sedang dan rendah. Sehingga bila akan digunakan, konsentrasi bahan aktif harus diukur dulu agar mampu mentralisir virus yang ada di rongga hidung," jelasnya.
Pertanyaan lainnya kenapa kalung, menurut Fadjry, sebenarnya isi kalung itu sama dengan formula yang untuk inhaler. Namun kalau inhaler karena ukuran kecil kadang lupa menyimpan atau terselip di mana saat kita akan menggunakannya.
Oleh karena itu dibentuk kalung sehingga bisa mudah menghirup setiap 2-3 jam sekali 5-15 menit dihirup (didekatkan ke hidung) agar mampu menginaktivasi virus yang berada di rongga hidung.
Bagaimana cara kerjanya? Peneliti Utama Virologi Molekuker BB Litvet, Balitbangtan, Kementan mengatakan, aromaterapi yang dihasilkan mengandung bahan aktif 1,8-cineole yang akan merusak struktur Mpro (Main Protein) dari virus sehingga virus akan sulit bereplikasi dan akhirnya terus berkurang jumlahnya.
Mekanisme ini berbeda dengan shut out yang dari Jepang yang kandungannya adalah CaCl2 (Calcium Chlorida) sejenis garam yang dapat memengaruhi kejenuhan udara di sekitarnya. Dengan demikian virus tidak nyaman di lingkungan tersebut.
"Produk shutout tidak dihirup seperti kalung Eucalyptus. Sehingga kalau kita lebih banyak beraktivitas di luar maka tidak akan efektif. Sementara itu, untuk kalung Eucalyptus selama cara pakainya sesuai aturan, diharapkan virus dapat diinaktivasi," tuturnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad