Perputaran Uang Hanya Tambah 10 Persen

Sabtu, 06 Februari 2010 – 08:07 WIB

PADANG-- Meski selama ini diyakini para calon yang maju di pilkada menggelontorkan banyak dana untuk kampanye, namun ternyata peningkatan peredaran uang saat pilkada tidaklah signifikanDi Sumbar misalnya, diprediksi maksimal peningkatan perputaran uang hanya mencapai 10 persen pada saat pilkada digelar serentak tahun ini

BACA JUGA: Silpa APBN 2009 Tutupi Subsidi TDL

Karenanya, momen pilkada menurut Tim Ekonomi Moneter BI Padang tidak terlalu berpengaruh terhadap perekonomian Sumbar secara signifikan


Ketua Tim Ekonomi Moneter BI Padang, Apep Komarna kepada Padang Ekspres di ruang kerjanya, kemarin menjelaskan argumen prediksinya itu

BACA JUGA: Aturan Impor Buah Diperketat

Dikatakan, pada saat pemilihan calon legislatif (caleg) 2008 saja yang notabene lebih banyak pilkadanya, tingkat peredaran uang di Sumbar kurang dari 10 persen. 

"Saya rasa Pilkada tidak bakal berpengaruh banyak terhadap tingkat peredaran uang di Sumbar
Karena pada saat pemilihan legislatif saja, tingkat peredaran uang di Sumbar kurang dari 10 persen

BACA JUGA: Dibangun Jembatan Terpanjang di Kalimantan

Padahal saat itu diprediksi akan meningkat di atas 10 persen, karena ada ratusan caleg yang terlibat dalam pertarungan ini," ujar Apep Komarna.

Dijelaskan, hingga menjelang pilkada tahun ini saja, uang yang masuk ke Sumbar, juga tidak meningkatHal ini diketahui BI berdasarkan laporan perbankan di SumbarKondisi ini menyiratkan, bahwa dana yang digunakan untuk kampanye para caleg di Sumbar, adalah dana yang berada di perbankan SumbarAtau mungkin saja, adanya dana masuk dari luar namun tidak melalui perbankan di Sumbar

"Berdasar pengalaman inilah, BI memprediksi tingkat peredaran uang di Sumbar pada saat Pilkada, juga tidak bakal maksimalApalagi jika dibandingkan jumlah pelaku yang terlibat langsung dalam pembiayaan ini tidak sebanyak pada saat pemilu calegMeskipun demikian, sektor konsumsi dan transportasi diperkirakan mengalami peningkatan yang cukup signifikanSehingga memang harus pandai menjaga stok bahan pangan seperti beras dan gula," urainya.

Menurut Apep, dua komoditi ini harganya seringkali tidak stabilKhawatir akan memicu terjadinya inflasiApalagi secara nasional, harga gula di Sumbar cukup tinggi di banding daerah lainnyaBegitu juga dengan sektor tranportasi, karena pilkada tidak bisa dipisahkan dengan kampanye yang mengikutsertakan massaRoad show ke daerah-daerah yang dilakukan calon nantinya tentu akan meningkatkan penggunaan bahan bakar minyak (BBM).

Meski demikian, kemungkinan bakal terjadi inflasi bisa dihindari jika mampu menjaga kestabilan harga panganPasalnya, selama ini di Sumbar, pangan merupakan sektor yang menyumbang tingkat inflasi cukup tinggiDijelaskan Apep, kasus uang palsu sebanyak Rp1 miliar yang saat ini dalam penyidikan Polda Sumbar, menurutnya juga tidak bakal mempengaruhi perekonomian Sumbar

"Tidak banyak pengaruhnya karena posisi terakhir tingkat peredaran uang di Sumbar mencapai Rp18 triliun pertahunSehingga jika tersebar Rp1 miliar, berarti pengaruhnya sekitar 0,1 persen," jelasnya.

Dampak dari ditemuan upal itu justru dikhawatirkan menurunkan kepercayaan warga terhadap perbankan, sebab temuan kasus uang palsu tersebut menyelipkan label perbankan, untuk mengelabui wargaKarenanya, target pada tahun ini BI akan meningkatkan sosialisasi tentang keaslian uang rupiahRencananya, tahun ini ditargetkan 10 kali sosialisasi, terutama di daerah-daerah perbatasan(nia/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 5 Cessna Lagi Layani Pedalaman


Redaktur : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler