Pertalite Lebih Irit, Premium Makin Ditinggalkan

Rabu, 05 April 2017 – 17:47 WIB
Ilustrasi SPBU. Foto: Malut Post/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Pamor premium makin tergerus oleh pertalite.

Konsumen kini lebih memilih menggunakan pertalite ketimbang premium.

BACA JUGA: Pertamina Kebut Proyek Senilai Rp 500 Triliun

Sebab, pertalite lebih irit. Selain itu, selisih harga premium dan pertalite juga tak terlalu besar.

Vice President Fuel Marketing PT Pertamina (Persero) Afandi mengatakan, kehadiran pertalite mengakibatkan penggunaan bensin bersubsidi premium menurun.

BACA JUGA: Ajarkan Tata Kelola Migas di Sekolah

”Pangsa pasar premium tinggal 44 persen pada Maret 2017,” katanya di kantor pusat Pertamina, Selasa (4/4).

Menurut Afandi, perubahan tersebut mencerminkan mayoritas masyarakat makin menyadari kualitas BBM dan pengaruhnya terhadap kondisi kendaraan.

BACA JUGA: Ini Dia Pengganti Wianda sebagai Jubir Pertamina

Sebelum kehadiran pertalite, pangsa pasar premium tercatat mencapai 85 persen dari total seluruh produk BBM milik Pertamina.

Jumlah itu menurun tajam hingga Maret lalu. Yakni, tinggal 44 persen.

Lebih dari separuh konsumen premium telah beralih ke bensin RON 90 alias pertalite dan RON 92 atau pertamax.

Perinciannya, sebanyak 38 persen konsumen premium berpindah ke pertalite.

Sedangkan 18 persen lainnya berpindah ke pertamax.

”Posisi Maret 2017, pangsa pasar premium mencapai 44 persen, pertamax 18 persen, dan pertalite 38 persen dari total konsumsi gasoline. Tadinya share premium mencapai 85 persen. Artinya, 38 persen konsumen premium pindah ke pertalite dan ke pertamax 14 persen,” terangnya.

Peralihan konsumsi bukan sekadar harga.

Sebab, berdasar survei Pertamina, konsumen menganggap pertalite dan pertamax lebih efisien serta menghasilkan tenaga yang lebih besar dan maksimal.

Tiap liter pertamax dan pertalite juga bisa digunakan untuk jarak tempuh yang lebih jauh.

”Berdasarkan riset kami, yang mulai banyak membeli pertalite justru tukang ojek karena biaya per kilometer lebih murah. Energi yang ditimbulkan jauh lebih powerful daripada premium. Dari sisi bahan bakar lebih hemat sepuluh persen,” tuturnya.

Dari sisi wilayah, perpindahan jumlah konsumen dari premium terjadi sangat besar di Pulau Jawa.

Sebab, sebagian besar kendaraan minimal harus menggunakan RON 90.

”Di Jawa, posisi premium tinggal 30 persen. Yang masih dominan konsumsi premium itu adalah Kalimantan dan timur Indonesia,” paparnya. (dee/c16/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BBM Langka, Pusiiiingggg...


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler