jpnn.com - MANILA - Catatan sejarah nan aneh terjadi di Filipina, Senin (30/5) kemarin. Parlemen Filipina mendeklarasikan Rodrigo Duterte sebagai presiden terpilih menggantikan Benigno Aquino III alias Noynoy, namun uniknya, Duterte justru tidak hadir.
"Saya berdiri di sini untuk memproklamasikan Rodrigo Roa Duterte dan Maria Leonor Gerona Robredo sebagai presiden dan wakil presiden terpilih Republik Filipina,’’ kata senator Franklin Drilon membacakan keterangan gabungan senat dan DPR kemarin.
BACA JUGA: Demi Wonderful Indonesia, Dubes Ahmad Rusdi Langsung Pasang Gigi Lima
Dalam surat resmi itu, tercantum pula tanda tangan Feliciano Belmonte yang saat ini menjabat ketua DPR. Pemilihan presiden (pilpres) Filipina pada 9 Mei lalu memberikan kemenangan gemilang bagi Duterte. Dia unggul sekitar 6 juta suara lebih banyak daripada pesaing terdekatnya, Manuel Araneta Roxas alias Mar Roxas.
Dari total 44 juta suara yang masuk, sekitar 40 persen memilih Duterte. Robredo unggul atas Ferdinand ’’Bongbong’’ Marcos Jr dalam kompetisi pemilihan wakil presiden.
BACA JUGA: Sedihnya.. Lagi Bulan Madu, Istri Tewas
Kemarin hanya Robredo yang hadir dalam proklamasi di gedung parlemen tersebut. Sebaliknya, Duterte tidak terlihat. Hal itu sesuai dengan sikap yang dia umumkan sehari sebelum proklamasi atau pengumuman resmi pilpres tersebut berlangsung.
Dia memilih untuk bertahan di kediamannya di sisi selatan Davao dan menyaksikan proklamasi dari jarak jauh. "Saya tidak akan menghadiri proklamasi itu. Seumur hidup, saya tidak pernah menghadiri proklamasi apa pun,’’ ujar mantan wali kota Davao tersebut dalam jumpa pers pada Minggu (29/5).
BACA JUGA: Ogah Dukung RUU Baru, Menteri Ancam Mundur
Pada hari H kemarin, Duterte benar-benar tidak menampakkan batang hidungnya. Keputusan itu jelas langsung menuai reaksi publik. Sebab, tidak pernah ada presiden terpilih yang melewatkan proklamasi oleh parlemen.
Politikus 71 tahun yang menghabiskan lebih dari dua dekade kehidupan politiknya sebagai pemimpin Davao tersebut memang sangat mencintai ’’rumah’’-nya.
Dia berjanji tetap menetap di Davao sampai pelantikan presiden tiba pada 30 Juni nanti. Karena itu, para politikus, pebisnis, dan tokoh masyarakat yang perlu berkonsultasi atau bernegosiasi dengannya terpaksa terbang ke Davao.
Pada masa transisi ini, kota yang berjarak lebih dari 900 kilometer dari ibu kota itu menjadi ramai. Banyak orang penting yang berseliweran di kota tersebut karena punya kepentingan dengan sang presiden terpilih.
Apalagi, Duterte berencana membentuk kabinetnya dari Davao. Dia juga berencana mendudukkan politisi regional di posisi menteri-menteri kunci.
Posisi menteri perencanaan perekonomian dan menteri keuangan sudah pasti menjadi milik Ernesto Pernia dan Carlos Dominguez. Selama ini Pernia lebih dikenal sebagai pengamat ekonomi dan dosen ilmu ekonomi di University of the Philippines.
Dominguez pernah menjabat menteri pertanian dalam kabinet yang lalu. Rencananya, Duterte mengumumkan komposisi lengkap kabinetnya hari ini.
Belakangan, Duterte mulai berdialog dengan perwakilan kelompok komunis dan gerilyawan muslim. Sebelum pemerintahan baru terbentuk, pengganti Noynoy itu berharap bisa mengadakan pertemuan damai dengan seluruh perwakilan kelompok masyarakat. Termasuk komunis dan gerilyawan. Dia bahkan sudah memberikan lampu hijau kepada para tokoh komunis di pengasingan untuk pulang.
Terkait dengan program kontroversialnya untuk melibas habis kriminal Filipina pada semester satu pemerintahannya, Duterte menyatakan sangat siap. Demikian juga berbagai program ekonomi untuk menunjang kebijakan warisan Noynoy.
Termasuk memangkas angka pengangguran. Di sisi lain, dia tidak siap meninggalkan Davao dan hijrah ke Kota Manila. ’’Kota mati yang disesaki permukiman kumuh,’’ ungkapnya tentang ibu kota. (afp/reuters/bbc/hep/c14/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Deadlock! Iran Absen Kirim Jemaah Haji Tahun Ini
Redaktur : Tim Redaksi