Untuk pertama kalinya dalam satu dekade APBN Australia diprediksi mengalami surplus mulai TA 2019/2020. Hal itu dimungkinkan oleh peningkatan laba industri pertambangan dan penerimaan pajak.
Hingga paruh pertama TA 2018/2019, pemasukan negara mengalami tambahan 8,3 miliar dolar (sekitar Rp 80,3 triliun) lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya.
BACA JUGA: David Hurley Diangkat Menjadi Gubernur Jenderal Australia Baru
Tambahan ini sebagian besar bersumber dari penerimaan pajak individu dan perusahaan yang lebih banyak.
Pemerintah kini memprediksi surplus anggaran sekitar 4,1 miliar dolar pada APBN 2019/20.
BACA JUGA: Australia Resmi Akui Yerusalem Barat Ibukota Israel
Laporan Mid-Year Economic and Fiscal Outlook (MYEFO) yang disampaikan di Canberra hari Senin (17/12/2018), juga mengungkap tingkat pertumbuhan gaji yang lebih rendah dari perkiraan.
Selain itu, defisit APBN tahun berjalan juga dikoreksi dari prakiraan 14,5 miliar dolar menjadi 5,2 miliar dolar.
BACA JUGA: Lontarkan Lelucon Bom, Penumpang Ini Diturunkan Dari Pesawat
Sementara nilai ekspor diperkirakan meningkat 2 persen tahun ini dan menjadi 3,5 persen pada TA 2019/20.
Peningkatan tersebut akan mengimbangi penurunan 10 persen nilai ekspor hasil pertanian tahun ini.
"Laporan pembukuan Pemerintah Australia kini merupakan yang terbaik dalam satu dekade lebih," ujar Menteri Perbendaharaan Negara (Treasurer) Josh Frydenberg saat menyampaikan MYEFO.
"Update hari ini menunjukkan perekonomian Australia berada di jalur yang benar, memberi kita banyak harapan," tambahnya.
Laporan MYEFO menunjukkan bahwa Pemerintah memprediksi 250 juta dolar pemasukan negara lainnya dalam hitungan yang kini belum diumumkan.
Namun sebagai petunjuk segera digelarnya pemilu, laporan MYEFO juga memasukkan 2,45 miliar dolar kehilangan pendapatan dalam APBN 2019/2020. Namun pemerintah belum mengumumkan rinciannya.
Prakiraan pendapatan yang hilang tersebut naik menjadi 3,7 miliar dolar pada tahun anggaran berikutnya dan menjadi 3 miliar dolar pada TA 2021/22.
Laporan ini juga menyebutkan adanya 420 juta dolar pengeluaran yang tak disangka untuk tahun anggaran berjalan, dan meningkat jadi 738 juta dolar untuk TA 2019/20.
Di sisi lain, investasi perumahan diperkirakan turun 4 persen tahun depan, setelah mengalami kenaikan 1 persen tahun ini.
"Penurunan harga perumahan juga menghadirkan risiko penurunan terhadap prospek investasi di sektor ini," kata laporan MYEFO.
Gagalnya upaya pemerintah memotong nilai pajak untuk perusahaan-perusahaan besar, juga akan menambah pemasukan negara 300 juta dolar tahun depan.
Pendapatan tersebut akan meningkat jadi 700 juta dolar pada TA 2020/21 dan 1,1 miliar dolar pada TA 2021/22.
Selain itu, kebijakan memperbolehkan para backpacker untuk tinggal setahun lebih lama di Australia serta meningkatkan jumlah lowongan kerja yang tersedia, diprediksi menambah pundi-pundi APBN 145 juta dolar tahun depan atau tumbuh menjadi 215 juta dolar dalam tiga tahun.
Diterbitkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC Australia.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak Non-Vaksin Bisa Dilarang Masuk Pusat Pengasuhan Australia Barat