jpnn.com, YOGYAKARTA - Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sukamta merasa prihatin atas lonjakan kasus positif COVID-19 harian yang selalu memecahkan rekor.
Menurut dia, lonjakan kasus harian bisa membuat rumah sakit kolaps.
BACA JUGA: dr Tirta: Kasian Pak Jokowi, itu Aa Raffi yang Mengajukan Adalah Staf Beliau
Misalnya saja saat Sukamta menerima informasi dari Yogyakarta. Banyak rumah sakit di sana tidak mampu menampung pasien baru positif COVID-19.
"Saya mendapat informasi di Yogyakarta, semua rumah sakit sudah tidak mampu lagi menampung pasien baru positif COVID-19. Selain karena jumlah kamar isolasi yang terbatas, kondisi yang lebih berat karena jumlah tenaga kesehatan yang minim," kata Sukamta dalam keterangan resminya kepada jpnn.com, Sabtu (16/1).
BACA JUGA: Ramalan 2021 Soal ada Pergantian Presiden Bikin Gaduh, Mbak You Bilang Begini
Dari Yogyakarta itu, kata Sukamta, sebanyak 23 pasien positif COVID-19 masih masuk daftar tunggu untuk dirawat di rumah sakit.
Secara akumulatif ada 12 orang wafat selama menunggu rujukan, karena kondisi overload kamar.
BACA JUGA: Prof Pandu: Harapan terhadap Vaksinasi COVID-19 Terlalu Berlebihan
"Kondisi yang berat ini pasti juga terjadi di banyak daerah yang lain," ujar legislator asal Yogyakarta itu.
Menurut Wakil Ketua Fraksi PKS, pemerintah pusat perlu turun tangan dalam rekrutmen tenaga kesehatan. Sebab, pemerintah daerah kesulitan melakukan rekrutmen.
Menurut dia, banyak peserta untuk menjadi tenaga kesehatan mundur, karena tidak diizinkan keluarga. Terdapat kekhawatiran kuat dari pihak keluarga ketika menangani pasien COVID-19.
"Tanpa ada perhatian dan insentif yang lebih baik dari pemerintah pusat buat tenaga kesehatan, akan semakin sulit merekrut, apalagi ada kabar di beberapa daerah insentif terlambat, salah sasaran hingga disunat oleh oknum. Hal ini semestinya segera diperbaiki oleh pemerintah," ungkap dia.
Karena itu, dia meminta, pemerintah lebih konsisten dalam kebijakan penanganan pandemi. Hal ini sangat terkait dengan tingkat kedisiplinan masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan.
"Saat program vaksinasi mulai bergulir, Pak Menteri Kesehatan (Budi Gunadi Sadikin, red) buat wacana akan ada sertifikat digital vaksinasi untuk bebas bepergian tanpa tes swab PCR kepada warga yang sudah disuntik vaksin Covid-19. Ini jelas menunjukkan sikap inkonsisten yang bisa membahayakan upaya penanganan pandemi," unkap dia.
Sebagai informasi, mengacu laporan situs covid19.go.id, pertambahan kasus memecahkan rekor pada Kamis (14/1) dengan 11.557.
Jumlah tersebut kembali pecah dengan 12.818 kasus positif COVID-19 pada Jumat (15/1). (ast/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan