Pertamin Bidik Geothermal Jadi Energi Terbarukan Indonesia, Ini Alasannya

Senin, 08 November 2021 – 22:44 WIB
Salah satu pemanfaatan geothermal untuk memproduksi listrik. Foto: Pertamina

jpnn.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) membidik optimalisasi pemanfaatan panas bumi (geothermal) menjadi salah satu kunci energi terbarukan di Indonesia.

Pasalnya, Indonesia merupakan negara dengan potensi panas bumi terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat. Adapun total kapasitas terpasang 2.133 MW.

BACA JUGA: Penampakan Sirkuit Pertamina Mandalika Makin Cantik, Bersolek Terus

“Tetapi pemanfaatan cadangan sumber daya tersebut hanya sekitar kurang dari 10 persen, sehingga sangat potensial untuk meningkatkan kapasitas dan pemanfaatan energi panas bumi,” kata Direktur Utama PT Pertamina Power Indonesia Dannif Danusaputro.

Menurut dia, berdasarkan lanskap nasional, Indonesia memiliki cadangan panas bumi yang lokasinya tersebar, tetapi sebagian besar permintaan ada di Sumatera dengan kapasitas terpasang 0,7 GW dari potensi 9,1 GW.

BACA JUGA: Ini Syarat untuk Melamar Loker BUMN di Pertamina

Lalu, Pulau Jawa dengan kapasitas terpasang 1,3 GW dari potensi 9,1 GW dan Bali dengan kapasitas terpasang 0,01 GW dari potensi 1,7 GW.

Pertamina akan menjajaki peluang besar untuk memanfaatkan sumber energi terbarukan tersebut, karena pemanfaatannya masih sangat rendah.

BACA JUGA: Harga Pertalite Saat ini Bisa Berdampak Terhadap Kontribusi Pertamina kepada Masyarakat

“Ini juga untuk membantu (realisasi) bauran energi Indonesia, yang sejalan dengan strategi energi nasional untuk meningkatkan EBT dari level saat ini di bawah 30 persen menjadi 24 persen pada 2030. Panas bumi akan menjadi kunci untuk itu,” tutur Dannif.

Dannif menjelaskan geothermal merupakan salah satu sumber energi terbarukan, panas bumi dikenal sebagai satu-satunya EBT yang tidak bersifat intermittent, dan dapat dijadikan sebagai base load.

"Faktor ketersediaan rata-rata 90 persen dan faktor kapasitas 70 persen, panas bumi dapat menjadi pasokan energi yang stabil yang tidak terganggu oleh faktor alam seperti cuaca," ujar Dannif.

Panas bumi juga memiliki biaya yang kompetitif dibandingkan dengan sumber EBT lainnya. Biayanya 20-40 persen lebih efektif dibandingkan dengan EBT lainnya, terutama dengan kebutuhan storage yang dibutuhkan untuk tenaga surya atau tenaga angin.

Dannif menyebut untuk optimalisasi pemanfaatan panas bumi, Pertamina saat ini sedang melakukan konsolidasi aset panas bumi bersama dengan BUMN lain dan badan pemerintah untuk mengembangkan bisnis panas bumi.

Pembentukan holding panas bumi diharapkan dapat menjadi salah satu katalis untuk mewujudkan geothermal sebagai green innovation engine di Indonesia.

"Geothermal dapat berkontribusi pada pencapaian komitmen pengurangan emisi gas rumah kaca (NDC) serta sebagai green base load yang dapat menggantikan energi fosil," bebernya.

Geothermal bahkan mampu mempercepat pengembangan panas bumi dengan penambahan kapasitas terpasang dari perusahaan sebesar 1,2 GW hingga 2030.

Dannif optimistis geothermal mampu mendukung target pencapaian Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).

“Kami yakin ini akan bermanfaat tidak hanya bagi kami sebagai pelaku bisnis tetapi juga untuk kontribusi komitmen NDC Indonesia. Indonesia berperan penting dalam dekarbonisasi global ini dan panas bumi merupakan salah satu sumber energi terbarukan utama yang perlu terus kita kejar dan produksi,” kata Dannif. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler