Ahmad menuturkan, pihaknya sudah bertemu dengan perwakilan nelayan HNSI dan dari pihak dinas PKP untuk membahas kerugian dari nelayan. Tetapi di perusahaannya tidak ada kebijakan mengganti kerugian nelayan akibat melaut.
“Kami sudah sepakat akan menggantinya dengan cara memberdayakan nelayan. Dengan menyabut patok bambu yang kami pasang di sepanjang pantai cemara hingga sedari,” katanya ketika dihubungi oleh Pasundan Ekspres (Grup JPNN), Rabu (24/10).
Selain itu, Ahamd menghimbau, kepada seluruh nelayan untuk menghindari patok–patok dan pelampung besi yang terpasang di pantai tersebut. “Karena jika nelayan menabrak patok dan pelampung tersebut, akan berdampak menimbulkan kerugian bagi pihak nelayan sendiri,” imbaunya.
Hal senada juga diungkapkan Tarpin Ardninata, Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Karawang. Tarpin menyambut baik hasil keputusan rapat tersebut. Karena menurutnya, memang ada itikad baik yang dilakukan oleh pihak pertamina dalam menyelesaikan sengketa yang terjadi dengan nelayan.
“Kami menyambut niat baik yang dilakukan oleh Pertamina. Dalam hal ini, mereka sigap menanggapi masalah–masalah yang ada di nelayan. Kami berharap, kedepannya pertamina juga bisa sinergi dengan nelayan,” ungkapnya.
Ke depan, kata dia, akan banyak program–program yang bertujuan untuk mensejahterakan nelayan. Akan sangat butuh bantuan dalam menjalankan program–program tersebut, mengingat selama ini nelayan hanya menjadi bagian yang terkena dampak dari pengeboran–pengeboran yang dilakukan oleh Pertamina. “Melalui kesinergisan yang dilakukan antara Pertamina dengan nelayan, diharapkan akan mampu menjaga kondusifitas proyek–proyek yang dijalankan Pertamina,” tandasnya.(kus)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BBM Bisa Naik Tanpa Izin DPR
Redaktur : Tim Redaksi