Pertamina Kepri Tak Berdaya Hadapi Penimbun BBM

Senin, 12 Maret 2012 – 00:49 WIB

BATAM  - Sales Area Manager Pertamina Kepri, I Ketut Permadi, mengungkapkan adanya indikasi penimbunan solar bersubsidi di Batam. Pertamina tak bisa mengatasi persoalan itu dengan cepat karena hanya memiliki wewenang menyalurkan, bukan menindak.

Ia mengatakan itu saat dimintai komentarnya tentang menurunnya penjualan solar nonsubsidi di SPBU Khusus Baloi. Di sana, seminggu pertama bisa menjual solar nonsubsidi 4 kiloliter per hari, namun kini hanya sekitar 1 kiloliter. "Itu memang kenyataan di lapangan. Ada indikasi penimbunan, makanya kami bentuk Satgas," katanya seperti dukutip Batam Pos,Minggu (11/3).

Satuan Tugas beranggotakan internal Pertamina. Tugasnya melakukan pencegahan dengan pencatatan terhadap seluruh kendaraan yang mengisi solar di SPBU.

Hal ini dilakukan guna memperkecil kesempatan para pelaku melakukan pengisian berulang-ulang di SPBU yang berbeda. "Ini upaya pencegahan yang sudah dilakukan oleh Pertamina bersama Hiswana Migas," sambungnya.

Pencatatan ini juga diharapkan bisa mendeteksi kendaraan yang dimodifikasi oleh pelakunya. Sementara itu untuk penindakan, peran aparat kepolisian diharapkan bisa maksimal. "Pertamina bersama instansi lainnya dalam waktu dekat akan menggelar pertemuan membentuk Satgas untuk antisipasi penimbunan menjelang kenaikan harga BBM nanti," ujarnya.

Selain itu, dua penyebab lain yang membuat solar nonsubsidi penjualannya berkurang adalah karana harganya yang cukup tinggi dan kena pajak sebesar 5 persen.

Khusus untuk soal pajak, jika pada solar subsidi pajak yang dikenakan sudah include dalam harga maka di solar nonsubsidi pajak tersebut belum menyatu dengan harga. "Wajar jika sangat terasa harganya yang cukup tinggi," tuturnya.

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Deperindag) Kota Batam, Ahmad Hijazi, mengatakan Pertamina harus cepat memberikan solusi terkait antisipasi praktek penimbunan yang sering terjadi saat ini. Peran Ssatgas sangat penting untuk mencegah hal itu terus berlangsung.

Selain itu soal harga yang diberlakukan untuk solar nonsubsidi. Bagi Hijazi, dengan pemberlakukan harga yang relatif sama dengan solar subsidi, diyakini akan bisa kembali mendongkrak penjualan solar yang dikhususkan untuk industri ini.  "Pertamina harus berpikir kompetitif dalam memberikan harga," urainya.

Seperti diberitakan, SPBU nonsubsidi di Baloi sepi pembeli. Setiap hari penjualan solar nonsubsidi di SPBu tersebut hanya sekitar 1 kiloliter setiap harinya. Ini sangat jauh berbeda ketika SPBU tersebut diresmikan yang mencapai 4 kiloliter. Padahal, industri-industri di Batam diwajibkan membeli solar nonsubsidi dan dilarang membeli solar bersubsidi di SPBU-SPBU biasa.

Beberapa waktu lalu, Satreskrim Polresta Barelang mengamankan pemilik lori yang dimofikasi menjual solarnya ke proyek-proyek yang menjalankan alat berat. Satu liter dijual Rp6 ribu atau untuk Rp1.500 per liternya.

Solar tersebut dibeli dari sejumlah titik SPBU di Batam seharga Rp4.500 per liter. Selanjutnya dijual lagi ke proyek-proyek seharga Rp6 ribu per liter. (nal/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sudah Punya 6.573 PNS, Masih Kurang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler