Semester-1 2021, Pertamina Catat Laba Positif Rp 2,6 Triliun

Senin, 16 Agustus 2021 – 11:12 WIB
PT Pertamina (Persero) membukukan laba sebesar USD 183 juta atau setara dengan Rp 2,6 triliun. Foto: Pertamina

jpnn.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) berhasil melewati tantangan semester 1 2021 dengan membukukan laba sebesar USD 183 juta atau setara dengan Rp 2,6 triliun.

Pjs Senior Vice President Corporate Communications and Investor Relations Pertamina, Fajriyah Usman menyatakan capaian itu lebih tinggi dibandingkan periode yang sama 2020 di mana perusahaan sempat mengalami kerugian sebesar USD 768 juta.

BACA JUGA: Jelang HUT ke-76 RI, Pertamina Temukan Cadangan Hidrokarbon di Sulteng

"Pertamina berhasil meningkatkan laba sebesar USD 951 juta atau setara dengan Rp 13,6 triliun," ujar Fajriyah dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (16/8).

Dia menjelaskan kinerja positif pada paruh pertama 2021 ini didorong dari pertumbuhan di sisi penjualan yang  mencapai USD 25 miliar dan EBITDA USD 3,3 milyar, di mana keduanya naik lebih dari 22 persen dibandingkan tahun lalu.

BACA JUGA: Bocoran Strategi Pertamina International Shipping Kokohkan Posisi di Asia

Kendati demikian, dia tidak menampik dampak pandemi yang berkepanjangan masih sangat dirasakan Pertamina sepanjang 2021.

"Fluktuasi harga minyak mentah sangat berpengaruh pada kinerja Pertamina.  Indonesia Crude Price (ICP) meningkat hampir 2 kali lipat dari USD 36,5 per Juni 2020 dibanding USD 70,06 per Juni 2021," kata dia.

BACA JUGA: Pertamina Pacu Kapabilitas dan Keandalan Kilang Balongan

Peningkatan pendapatan dan laba dari sektor hulu

Fajriyah menyebut produksi Hulu migas Pertamina mencapai target sebesar 850 ribu BOEPD.  Dengan kenaikan ICP serta efisiensi pada biaya pengembangan dan biaya produksi, sektor Hulu mencatat pendapatan dan laba di atas target.

"Dari sisi penjualan di hilir,  permintaan BBM berangsur pulih walaupun masih lebih rendah dari kondisi normal sebelum Pandemi Covid-19," katanya.

Dia mengatakan hingga Juni 2021, demand BBM rata-rata tercatat 126 ribu KL per hari, atau meningkat sekitar delapan persen dari Juni 2020 yang sekitar 116 ribu KL per hari. Namun, angka tersebut masih lebih rendah sekitar enam persen dari demand normal sebelum pandemi pada 2019.

Pertamina tidak menaikkan harga BBM walaupun ICP naik tajam

Fajriyah menjelaskan tingginya harga minyak memberikan tekanan signifikan atas beban pokok produksi BBM. Kendati demikian hingga saat ini Pertamina tidak menaikkan harga BBM karena pertimbangan penurunan daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19.

"Sementara badan usaha BBM lainnya telah beberapa kali menaikkan harga jual BBM-nya sejak awal tahun 2021.  Tentu saja Pendapatan dan Laba dari sektor Hilir menjadi cukup tertekan, namun ini merupakan salah satu bentuk kontribusi Pertamina untuk membantu masyarakat di tengah pandemi Covid-19" ungkap Fajriyah.

Fajriyah menjelaskan untuk menghadapi situasi yang penuh tantangan ini, direksi, komisaris dan pekerja Pertamina tidak tinggal diam.

Seluruh pihak terus melakukan langkah-langkah strategis untuk peningkatan pendapatan (revenue enhancement) dan juga efisiensi (cost leadership) di seluruh lini.

Dia menegaskan upaya tersebut diwujudkan di seluruh Subholding dan anak usaha memperkuat kinerja operasional, di antaranya melalui peningkatan produksi dan lifting serta peningkatan monetisasi gas di seluruh Wilayah Kerja (WK) sektor Hulu Migas.

"Termasuk akselerasi rencana kerja yang agresif dan masif di WK Rokan yang per 9 Agustus 2021 telah dikelola oleh Pertamina," katanya.

Kemudian, optimasi produksi di kilang dengan produk bernilai tinggi dan meningkatkan penjualan produk kilang dan petrokimia baik di dalam negeri maupun ekspor ke pasar luar negeri.

Lalu, mengakselerasi pembangunan PLTS baik di lingkungan Pertamina maupun pasar eksternal serta memperkuat ekosistem baterai melalui aktivasi swapping & charging EV Battery di SPKLU yang terintegrasi dengan SPBU.

Selain itu, kata Fajiryah, mengakselerasi komersial LNG dan optimalisasi infrastruktur Arun sebagai pusat distribusi di kawasan Asia.

"Menambah peluang revenue atas penyewaan kapal dan jasa logistik ke eksternal Pertamina untuk cargo LPG, BBM serta Petrokimia," tegasnya,

Sedangkan untuk program efisiensi, lanjutnya, Pertamina dengan serius  berkomitmen melakukan berbagai optimalisasi, di antaranya melalui reformasi pola operasi supply chain crude, BBM dan LPG.

Regionalisasi di Subholding Upstream dari tahap perencanaan sampai eksekusi untuk optimasi sharing resources.

Fleksibilitas pengadaan crude untuk meningkatkan Gross Refining Margin. Kemudian preventive maintenance di seluruh kilang.

"Sentralisasi Procurement. Penurunan losses dengan menerapkan digitalisasi, dan implementasi new ways of working (agile working)," katanya.

Pertamina mendukung pemerintah dalam penanggulangan Covid-19

Fajriyah pun membeberkan dalam kondisi yang berat, pelayanan Pertamina kepada masyarakat tetap dijalankan dengan baik.

Dukungan kepada Pemerintah dalam penanggulangan covid-19 juga tidak pernah terhenti.

"Melalui pembangunan 3 RS Modular Darurat (Patra Comfort, Simprug dan Tanjung Duren) dan pengoperasian RS Ekstensi Asrama Haji Pondok Gede, berhasil menambah hampir 1.000 bed perawatan. Angka ini belum termasuk pengoperasian RS rujukan Covid yang tersebar di seluruh Indonesia oleh Pertamina Bina Medika," tegas Fajriyah.

Pertamina Group telah menggelontorkan triliunan rupiah untuk membantu masyarakat menghadapi pandemi. 

Bakti nyata BUMN Energi ini juga termasuk bantuan 315 Ventilator untuk 30 RS serta dengan terlibat langsung dalam percepatan penyaluran lebih dari 4.300 ton Oksigen medis untuk 366 rumah sakit yang tersebar di sembilan provinsi.

Pertamina mendukung Pemerintah dalam pemberdayaan UMKM

Pengabdian Pertamina tak berbatas di sektor kesehatan, guna membantu memulihkan perekonomian masyarakat, Pertamina juga menjalankan program pemberdayaan untuk lebih dari 13.000 UMKM terdampak agar dapat bertahan di tengah pandemi bahkan naik kelas hingga bisa Go Global.

Walaupun demand belum kembali normal, namun Pertamina tetap menjalankan kegiatan operasi di seluruh ekosistem energi dari hulu sampai hilir, termasuk pembangunan berbagai Proyek Strategis Nasional, dengan rata-rata Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) lebih dari 57 persen, jauh di atas target 30 persen.

Dengan demikian, Pertamina dapat menjaga keberlangsungan hidup 1,2 juta tenaga kerja langsung, serta menciptakan multiplier effect terhadap sekitar 20 juta tenaga kerja secara tidak langsung.

"Ini merupakan kontribusi Pertamina untuk terus menjadi lokomotif perekonomian nasional," katanya.

Seluruh pencapaian Pertamina ini, tegas Fajriyah, tidak terlepas dari hasil dan manfaat restrukturisasi yang telah berjalan baik dimana legal endstate untuk beberapa Subholding telah tercapai dan dalam proses penyelesaian keseluruhan tahapan.

Berbekal upaya strategis dan terobosan manajemen di semua sektor bisnis, Pertamina berharap dapat melewati tahun kedua pandemi Covid-19 dengan kinerja yang tetap positif.

"Di samping berkomitmen menjalankan amanah menjaga ketahanan dan layanan energi nasional, Pertamina juga menjalankan peran menggerakkan ekonomi nasional, memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk negara dan masyarakat, tidak hanya berorientasi profit semata," ujar Fajriyah. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden Jokowi Percaya Pertamina Bisa Jaga Keberlanjutan Blok Rokan


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler