Pertamina Merugi, Deddy Sitorus: Perusahaan Minyak Lain Lebih Parah

Kamis, 27 Agustus 2020 – 19:02 WIB
Kantor Pusat Pertamina. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR RI, Deddy Yevri Sitorus menanggapi kerugian yang dialami Pertamina pada Semester I 2020 sebagai hal wajar. Hampir semua Oil Company ber-skala global di dunia mengalami hal yang sama, merugi karena tertekannya ekonomi dunia akibat serangan Covid-19.

Bahkan menurut legislator dari Fraksi PDI Perjuangan ini, Pertamina masih jauh lebih baik dari rata-rata perusahaan besar dunia. Pertamina mengalami rugi bersih sekitar USD 767,91 juta atau sekitar Rp 11,31 triliun.

BACA JUGA: Pertamina Merugi, Semoga Pak Jokowi Copot Direksi dan Ahok Cs

“Coba perhatikan semua oil company, Shell mengalami kerugian bersih sebesar USD 18,40 miliar, British Petroleum rugi bersihnya USD 21,21 miliar, TOTAL mengalami net loss USD 8,40 miliar, dan Chevron mengalami rugi bersih mencapai USD 4,70 miliar,” kata Deddy.

“Jadi kalau dibandingan dengan semua perusahaan besar dunia, rugi bersih Pertamina itu terendah,” sambungnya lagi.

BACA JUGA: Pertamina Merugi Ahok Kena Bully, Arief Beri Saran untuk Jokowi

Jika dilihat rasio rugi bersih berbanding total asset, kata Deddy, maka Pertamina berada pada urutan kedua setelah ExxonMobil. Lebih jauh menurut Deddy, jika dibandingkan dengan oil company yang total asetnya relatif sama, Pertamina dengan aset sekitar USD 70,23 miliar mengalami kerugian paling rendah dibandingkan ConocoPhilips dan ENI dengan total aset masing-masing USD 63,05 miliar dan USD 69,50 miliar.

Menurut Deddy, sepanjang Semester I 2020 ekonomi dunia dan tak terkecuali Indonesia, mengalami penurunan sangat tajam yang berimbas kepada volume penjualan di sektor industri dan retail.

BACA JUGA: Pertamina Investasikan USD 90 Miliar untuk Infrastruktur Hulu Migas dan Kilang

“Kerugian Pertamina juga disebabkan oleh penuruan dan fluktuasi nilai tukar dan harga minyak mentah dunia juga menyumbang terhadap kerugian. Pertamina juga mengalami tekanan akibat kinerja lifting minyak ladang-ladang minyak yang terus mengalami penurunan produksi,” ujar Deddy.

Oleh karena itu, Deddy meminta Pertamina agar terus melakukan efisiensi dalam belanja modal dan belanja operasional perusahaan secara signifikan, jika perlu segera melakukan renegosiasi kontrak-kontrak yang ada untuk menekan biaya dan memelihara arus kas.

Pertamina, lanjut Deddy, harus memastikan TKDN ditingkatkan dan menekan impor yang memerlukan dolar besar di masa sulit ini.

“Restrukturisasi korporasi yang baru dilakukan oleh Pertamina seharusnya juga berdampak pada restrukturisasi bisnis secara keseluruhan dan secara terintegrasi. Meskipun rugi, Pertamina tetap bertanggung jawab meneruskan tugas-tugas konstitusionalnya melayani rakyat melalui ketersediaan energy,” ungkap Deddy.

“Kita harus berhenti menyalahkan Pertamina terus menerus dan menjadikannya isu publik dan politik yang tidak berdasar dan tidak proporsional,” ungkapnya lagi.

Serangan terhadap Pertamina melalui media sosial menurut Wakil Rakyat dari Kalimantan Utara ini sudah bergeser jauh dari konteks.

“Kinerja Pertamina memang harus terus diawasi dan dikritisi, tetapi menyederhanakan masalah yang dihadapi Pertamina sebagai urusan individu, baik Komisaris maupun Direksi adalah kesalahan,” ujar Deddy.

“Kita berharap Pertamina mampu keluar dari kondisi sulit ini, tidak melakukan PHK dan tetap melayani rakyat. Mari kita awasi sembari berharap agar Semester II nanti Pertamina mampu meraih untung seiring dengan berkurangnya tekanan ekonomi akibat Pandemi Covid-19,” lanjut Deddy.

“Saya berharap, situasi sulit ini digunakan oleh jajaran pimpinan Pertamina untuk merumuskan ulang strategi bisnisnya ke depan,” pungkas Deddy. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler