jpnn.com, NUSA DUA - Pertamina Power Indonesia (Pertamina NRE) dan Pondera Development BV (Pondera) menandatangani joint study agreement (JSA) tentang pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) lepas pantai yang terintegrasi dengan fasilitas produksi hidrogen hijau di Nusa Dua, Bali, pada Selasa (30/8).
Penandatanganan tersebut dilakukan Chief Executive Officer (CEO) Pertamina NRE Dannif Danusaputro dan Eric Arends selaku Vice Chairman Pondera Group.
BACA JUGA: Jelang Helat G20, Menteri ESDM Tinjau Kesiapan Green Energy Station Pertamina di Bali
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif serta Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati turut menyaksikan penandanganan kerja sama tersebut yang merupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman yang ditandatangani kedua pihak pada 21 April 2022.
Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam sambutannya mengaku senang dengan adanya kemitraan dan kolaborasi yang terbentuk di bawah payung pertemuan internasional B20 ini.
BACA JUGA: Percepat Turunkan Emisi Karbon, Pertamina Gandeng Perusahaan Nasional dan Global
Dia mengatakan tantangan dengan penerapan teknologi rendah karbon harus ditangani bersama antara negara maju dan negara berkembang.
Pada kesempatan yang sama, Dirut Pertamina Nicke Widyawati menilai kolaborasi Pertamina NRE dengan Pondera ini sangat strategis.
BACA JUGA: Pertamina Sukses Hemat Anggaran Hingga Rp 6 Triliun
Sebab, tidak hanya memberikan nilai bagi Pertamina NRE ataupun Pondera, melainkan juga bagi Indonesia untuk menggali potensi energi angin yang belum cukup terutilisasi.
"Dari project PLTB ini juga akan dikaji pengembangan fasilitas produksi hidrogen hijau. Artinya, project ini memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan energi terbarukan di Indonesia,” ujar Nicke Widyawati.
CEO Pertamina NRE Dannif Danusaputro menambahkan mengawal transisi energi bukan pekerjaan yang mudah.
Karena itu, diperlukan kolaborasi terutama dengan mitra kerja sama yang telah berpengalaman.
"Melalui kolaborasi ini diharapkan adanya transfer teknologi, di samping commercial benefit bagi kedua pihak,” ungkap Dannif.
Sebagai konsultan dan pengembang energi terbarukan global, Pondera memiliki segudang pengalaman dalam mengembangkan proyek energi angin di darat (onshore) maupun di lepas pantai (offshore) di Eropa dan di Asia.
Pengalaman yang dimiliki perusahaan asal Belanda ini meliputi pengukuran angin, studi kelayakan, permodelan angin, teknik PLTB, dan manajemen konstruksi.
Sampai saat ini, Pondera telah menangani proyek energi angin lebih dari 12 GW di berbagai negara.
“Indonesia mempunyai target yang ambisius untuk pengembangan energi terbarukan, dan kami menyadari peran kunci Pertamina dalam mencapai target tersebut," kata Eric Arends selaku Vice Chairman Pondera Group.
Menurut Eric, untuk mencapai target tersebut, seluruh sumber energi terbarukan harus dimanfaatkan, termasuk energi angin di darat dan di lepas pantai yang menjanjikan.
Kemudian mengembangkan ladang angin lepas pantai dalam skala besar dengan hidrogen hijau sebagai pembawa energi memerlukan studi yang cermat dan komprehensif tentang kelayakan ekonominya dengan mempertimbangkan kondisi setempat.
"Kami merasa senang dan menantikan kerja sama dengan Pertamina NRE dalam proyek ini,” ujar Eric.
Indonesia memiliki potensi energi angin yang cukup besar.
Dari hasil kajian Badan Litbang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), ada beberapa lokasi di Indonesia yang cukup berpotensi untuk pengembangan PLTB.
Antara lain pesisir selatan Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Maluku, dan NTT, dengan kecepatan angin rata-rata 8 m/s terjadi pada periode Juni, Juli, dan Agustus.
Saat ini, PLTB yang telah beroperasi di Indonesia berada di Sidrap sebesar 75 MW dan di Jeneponto sebesar 60 MW. Keduanya berada di Provinsi Sulawesi Selatan.
Berdasarkan Bauran Energi Nasional (BEN), PLTB ditargetkan mencapai 255 MW pada 2025.
Melalui inisiatif kerja sama strategis ini, Pertamina NRE berpeluang berkontribusi dalam pencapaian target BEN pemerintah Indonesia.
Pertamina NRE memiliki komitmen kuat untuk mengimplementasikan aspek environmental, social, and governance (ESG) dalam aktivitas bisnisnya serta mendukung penuh pencapaian target nasional Net Zero Emission Tahun 2060. (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi