Pertamina Percepat Peningkatan Bauran Energi dengan Membangun Binary Unit

Rabu, 27 April 2022 – 15:04 WIB
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati (tengah) bersama Direktur Operasi Pertamina GE Eko Agung Bramantyo dan Direktur Utama PT Pertamina Power Indonesia, Sub holding PNRE Dannif Danisaputro di PGE area Lahendong. Foto: Dokumentasi Pertamina

jpnn.com, JAKARTA - Pertamina melalui subholding Pertamina New Renewable Energy menginisiasi peningkatan kapasitas terpasang panas bumi melalui penerapan teknologi binary dengan membangun binary unit untuk menghasilkan potensi tambahan kapasitas listrik hingga 25 MW.

Hal itu mendukung percepatan peningkatan bauran energi untuk menekan perubahan iklim, penggunaan energi bersih, dan penurunan emisi karbon yang terus didorong Task Force Energy, Sustainable & Climate Business 20 (ESC B20).

BACA JUGA: Pertamina Kerahkan 40 Bus untuk Dukung Mudik Aman Mudik Sehat Bersama BUMN 2022

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan Binary Unit merupakan fasilitas yang memanfaatkan brine (cairan atau air panas bumi) yang diinjeksi kembali ke dalam perut bumi untuk menghasilkan listrik, sehingga dapat menambah kapasitas listrik yang dihasilkan.

“Ini adalah salah satu quick win untuk Indonesia meningkatkan bauran energi dari energi baru dan terbarukan," terang Nicke Widyawati melalui keterangan yang diterima Rabu (27/4).

BACA JUGA: Pertamina Pastikan Pasokan dan Distribusi BBM & LPG Aman di Masa Mudik Lebaran

Menurut Nicke, dari sisi hulu pembangunan Binary Unit ini tidak memerlukan eksplorasi sumur baru, sehingga lebih cepat dan investasinya lebih rendah.

"Kedua, dari sisi konstruksi pembangunannya lebih cepat karena sistemnya modular, sehingga investasinya juga lebih efisien,” sebutnya,

BACA JUGA: Pimpin Pertemuan TF ESC B20, Dirut Pertamina Ajak Peserta Bekerja Sama Lakukan Hal Ini

Salah satu wilayah kerja panas bumi yang telah mengembangkan binary unit adalah wilayah Lahendong yang dikelola PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).

PGE wilayah Lahendong telah memberikan kontribusi yang cukup besar di dalam suplai sistem kelistrikan di wilayah Sulawesi Utara, yakni sebesar 20 persen atau sekitar 120 MW dari 589 MW kapasitas terpasang daerah tersebut.

“Hal ini sudah melampaui rata-rata daerah lainnya karena secara umum porsi suplai energi baru dan terbarukan rata-rata 12 persen di dalam sistem kelistrikan,” ungkapnya.

Kapasitas terpasang di area panas bumi PGE di Lahendong ini berasal dari enam Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang telah dioperasikan.

Ke depan, PGE memiliki rencana pengembangan jangka panjang dengan menambah dua unit PLTP baru yang masing-masing memiliki estimasi kapasitas 20 MW.

Nicke mengatakan dengan investasi yang rendah, biaya produksi listrik juga bisa lebih rendah.

Karena itu, makin besar Binary Unit yang dioperasikan maka tambahan listrik akan semakin besar, sehingga secara keseluruhan investasi bisa lebih murah.

“Kami melihat, Indonesia dengan potensi 28.000 MW di Geothermal ini menjadi satu-satunya renewable energy dengan best load. Artinya, energi dari panas bumi ini selalu tersedia dan tidak memerlukan back up seperti energi angin maupun matahari yang bersifat intermiten," paparnya.

Selain itu, lanjut Nicke, binary juga merupakan salah satu solusi yang bisa menurunkan tarif listrik dan sudah dipastikan ketersediaannya.

Direktur Utama PT Pertamina Power Indonesia Dannif Danusaputro mengatakan Binary Unit di Lahendong Sulawesi Utara ini akan menjadi milestone penerapan teknologi binary yang akan dikembangkan pada wilayah kerja panas bumi PGE lainnya.

“Ini sangat bagus, kami ingin segera meningkatkan energy mix dari panas bumi dalam sistem kelistrikan, binary ini salah satu terobosannya,” ujar Dannif.

Pertamina sebagai pionir pengembangan panas bumi di Indonesia yang dilanjutkan oleh PGE telah mempunyai pengalaman hampir 40 tahun dalam pengoperasian lapangan panas bumi.

Saat ini Indonesia berada pada peringkat kedua pengembangan panas bumi di dunia dengan total kapasitas terpasang sebesar 2.276 MW.

Sekitar 82 persen dari total kapasitas panas bumi yang terpasang di Indonesia, dikontribusi dari wilayah kerja PGE yang terdiri dari 672 MW dioperasikan sendiri dan 1.205 MW dilaksanakan melalui Kontrak operasi bersama, dengan potensi kontribusi emission avoidance sebesar 9,7 ton CO2 per tahun.

“Penambahan sebesar 600 MW itu nantinya 200 MW dari Binary Unit dan sisanya dari pengembangan baru,” tambah Direktur Operasi PGE Eko Agung Bramantyo.

Melalui program energi baru terbarukan ini Pertamina berperan untuk pengembangan transisi energi terutama dalam menunjang local domestic resources atau sumber daya lokal untuk mendukung roda perekonomian masyarakat sekitar dengan memastikan implementasi Environment, Social, and Governance (ESG) menjadi bagian terintegrasi dari bisnis panas bumi Pertamina.

Penerapan aspek-aspek ESG ini merupakan upaya dalam memberikan nilai tambah serta dukungan Pertamina pada program pemerintah terkait pemanfaatan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan khususnya panas bumi. (mrk/jpnn)

 


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler