jpnn.com, JAKARTA - PT Pertamina tetap mempertahankan harga bahan bakar minyak (BBM) di tengah tren kenaikan harga minyak mentah dunia.
Padahal, operator lain di dalam negeri, seperti Shell, Vivo, dan BP, kompak menaikkan harga produk mereka, sehingga saat ini BBM Pertamina menjadi semakin paling murah di antara seluruh operator.
BACA JUGA: Dukung Bebas Emisi, Pertamina Patra Niaga Fasilitasi Pembelian Kredit Karbon
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menilai tepat keputusan Pertamina tersebut.
Dengan tidak ikut-ikutan menaikkan harga, menurut Tauhid, menunjukkan peran Pertamina sebagai BUMN untuk menjaga stabilitas dan daya beli masyarakat.
BACA JUGA: Mundur dari Pertamina, Ahok Ingin Menangkan Ganjar-Mahfud di Jakarta
Selain itu, jelasnya, juga memperlihatkan bahwa kondisi keuangan Pertamina juga sehat. Pertamina, imbuhnya, mampu mempertahankan harga meski minyak dunia saat ini terus meroket.
“Keputusan itu sudah tepat untuk kondisi saat ini. Untuk sementara ini kemampuan keuangan Pertamina masih kuat. Jadi tidak ada yang perlu dirisaukan,” lanjut Tauhid.
BACA JUGA: Menyambut Bulan Kasih Sayang, Watsons 2.2 Beauty in Mine Sale Banjir Promo
Menurut Tauhid, Pertamina tentu memiliki perhitungan yang cermat. Sebab, review tiga bulanan harga BBM, memang berdasarkan rata-rata harga tertimbang.
Selain itu, efisiensi di Pertamina juga bisa membuat perusahaan lebih efisien sehingga biaya produksi bisa ditekan dan menghasilkan BBM yang kompetitif.
“Harga minyak dunia fluktuasinya memang sangat cepat. Tapi misalnya tren review harga minyak dunia tiga bulanan itu naik, tidak langsung otomatis menaikan harga di dalam negeri. Jadi, menurut saya, Pertamina juga sudah menghitung termasuk dampaknya ke fiskal kita,” jelas Tauhid.
Akhir pekan lalu, seluruh operator SPBU memang menaikkan harga BBM.
Kenaikan harga tersebut, antara lain dipicu tren harga minyak dunia yang terus melejit. Hanya Pertamina yang tetap mempertahankan harga jual produknya.
Untuk RON 92, misalnya, Pertamax yang tetap dijual Rp12.950/liter, jauh lebih rendah dibandingkan kompetitor seperti Shell yang menjual Super Rp13.540/liter.
Begitu pula untuk RON 95, Pertamax Green tetap dijual Rp13.900/liter. Padahal, Revvo 95 dari Vivo missal, sudah dibanderol Rp14.200/liter.
Sedangkan Pertamax Turbo (RON 98) seharga Rp14.400/liter, juga lebih rendah dibandingkan produk sejenis lain, V Power Nitro+ dari Shell, Rp14.630/liter.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada