Pertamina Siapkan Rp 2,2 Triliun

Antisipasi Lonjakan Konsumsi BBM

Sabtu, 31 Juli 2010 – 08:11 WIB

JAKARTA - PT Pertamina (Persero) siap menggunakan pinjaman siaga (standby loan) sebesar USD 250 juta (Rp 2,250 triliun) jika volume konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi melebihi kuota 36,5 juta kiloliter (KL)Tahun ini, konsumsi BBM bersubsidi diperkirakan 40,1 KL

BACA JUGA: Subsidi Elpiji Dicabut, Pertamina Rugi Rp 3 Triliun

"Bisa saja standby loan USD 250 juta itu diambil, misalkan BBM PSO itu keluar dari volume pasti akan kita pakai," ujar Direktur Keuangan Pertamina, M Afdal Bahaudin disela sosialisasi penggunaan elpiji 3 kilogram di jalan Petamburan I, Jakpus kemarin
Pasalnya, dana untuk penyediaan BBM bersubsidi tahun ini hanya cukup untuk kuota 36,5 KL

BACA JUGA: Bangun Pusat Industri Film



Sementara, berdasarkan perhitungan Pertamina, jika pemerintah tidak membuat kebijakan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi, maka penggunaan BBM jenis tersebut bisa mencapai 40,1 juta KL
"Kita perkirakan 40,1 juta KL

BACA JUGA: HEXA Patok Laba USD 31 Juta

karena itu kita butuh dana talangan untuk menalangi subsidi pemerintah karena dana subsidi dikucurkan pemerintah melalui mekanisme reimburse," kata dia

Hingga saat ini, lanjut dia, Pertamina masih memiliki standby loan sebesar USD 250 juta dari 18 perbankan dalam dan luar negeri yang pada 31 Juli 2009 lalu telah mengucurkan pinjaman sebesar Rp 3 triliun dan USD 400 juta"Kalau terms and condition dengan sindikasi tersebut sama maka kita akan pakaiDaripada harus shoping atau mencari lagi," ungkapnya

Namun begitu, Afdal mengaku masih harus melihat perkembangan nanti mengenai kebijakan yang akan dikeluarkan pemerintahSementara mengenai opsi impor BBM, dia mengaku hal itu tidak aada kaitannya dengan estimasi tingkat konsumsi tahun iniImpor BBM baru dilakukan jika stok BBM dalam negeri sudah menipis"Kalau kondisi masih seperti sekarang ya jalan terus aja," tukasnya

Dia mengakui impor BBM masih cukup besar yaitu 40-45 persen dari total kebutuhan BBM dalam negeriJenis premium adalah yang paling besar diimpor dibanding jenis yang lainnyaPaling kecil adalah impor solar yang hanya 200 ribuan barel perbulan"Sebabnya produksi solar cukup tinggiKan produksi kilang nggak bisa diatur ini untuk ini ini untuk itu," cetusnya

Sementara itu, Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Djaelani Sutomo mengatakan, Pertamina hanya akan memberikan 20 izin pembangunan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) baru hingga akhir tahun ini"Sekarang ini masih banyak yang antreTapi pada tahun ini, kami akan membatasi hanya memberikan izin untuk bangun 20 SPBU di seluruh Indonesia," tegasnya

Djaelani menjelaskan, pembatasan pemberian izin baru pembangunan SPBU tersebut dilakukan agar omzet yang dimiliki para pengusaha SPBU lama tidak menurun signifikanMengingat saat ini jumlah SPBU di seluruh Indonesia sudah mencapai 4.750 SPBU"Kita tidak bisa kasih izin banyak-banyak karena kalau SPBU lama omzetnya turun kan kasihan juga," tuturnya

Selain membatasi pemberian izin, Pertamina juga berencana untuk membongkar SPBU yang sudah rusak dan tidak layak operasi"Seperti SPBU-SPBU di Pantura itu kan banyak yang rusak dan tidak terawat karena tidak punya modalKita akan lihat apa sebaiknya itu dirawat atau kalau perlu dibongkar total," jelasnya(wir)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Astra Cetak Laba Rp 6,4 Triliun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler