Pertanian Dongkrak Neraca Perdagangan Indonesia

Jumat, 21 Juni 2019 – 14:17 WIB
Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Foto : Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Peningkatan kinerja ekspor pertanian ke beberapa negara Asia dan Eropa berdampak positif pada neraca perdagangan Indonesia.

Beberapa produk diantaranya berasal dari komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.

BACA JUGA: Kementan Mereplikasi TTIC di Daerah untuk Stabilisasi Harga Pangan

"Contohnya adalah eksport import produk pertanian kita dengan Malaysia, dimana neraca dagang pertanian kita selalu positif atau surplus dalam 5 tahun terakhir. Untuk tahun 2019 sampai bulan Maret saja, neraca perdagangan komoditas pertanian Indonesia dengan Malaysia, kita surplus 480,442 ton, dengan nilai 241 juta dollar AS (Amerika Serikat)" ujar Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Kuntoro Boga Andri, Jumat (21/6).

BACA JUGA : Pengusaha Pertamini Terancam Denda Rp 60 Miliar

BACA JUGA: Kementan Matangkan Persiapan Ekspor Buah Naga ke Tiongkok

Menurut Kuntoro, berdasarkan data sampai bulan Maret 2019, ekspor pertanian Indonesia ke Malaysia mencapai 513,917 ton, senilai 287 juta dollar AS.

"Sementara, Impor pertankan kita dari Malaysia sampai Maret 2019 hanya 33,476 ton, atau senilai 44 juta juta dollar AS" jelasnya.

BACA JUGA: Indonesia Mencatat Surplus Perdagangan Pertanian dengan Eropa

Selain Malaysia, kata Kuntoro, trend yang sangat positif dan surplus ini juga dialami dalam kerja sama dagang dengan negara-negara lain di Asia seperti China, Jepang, Korea dan Filipina.

BACA JUGA : Hari Ini, Deddy Corbuzier Masuk Islam, Ucap Syahadat di Yogyakarta

Adapun khusus untuk pasar China, nilai pasarnya masih potensial, terutama bagi produk pertanian Indonesia.

Hal ini bisa dilihat dari neraca perdagangan pertanian Indonesia-China pada tahun 2018 yang mengalami surplus sebesar 2,265 miliar dolar AS.

"Nilai ekspor pertanian Indonesia ke China pada tahun 2018 mencapai 4,025 miliar dolar AS, atau meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan transaksi sebelumnya yang hanya 2,058 miliar dolar AS," katanya.

Kuntoro mengatakan, ada lima produk pertanian yang menjadi andalan ekspor ke berbagai negara di Asia dan Eropa.

Kelimanya masing-masing adalah kelapa sawit, karet, kelapa, produk hewan, dan kakao.

"Untuk kelapa sawit masih menjadi andalan kita karena nilainya yang cukup besar. Saat ini kita mencatat sudah sebanyak 3,935 juta ton kelapa sawit diekspor ke China dengan nilai transaksi mencapai 2,69 miliar dolar AS," katanya.

Sebenarnya, lanjut Kuntoro, Indonesia masih memiliki potensi mengekspor produk pertanian ke China. Walaupun, sejumlah komoditas hortikultura dan perkebunan mengalami hambatan akses bea masuk yang masih tinggi.

Di samping adanya standar sanitary and phytosanitary (SPS) yang sulit dipenuhi oleh petani Indonesia.

"Surplusnya neraca perdagangan kita dengan RRT (Republik Rakyat Tiongkok) membuktikan bahwa perdagangan kita masih unggul dibanding mereka. Jadi tidak benar kalau ada yang menyebutkan bahwa produk pertanian RRT membanjiri pasar kita. Justru sebaliknya, produk pertanian kita yang membanjiri pasar mereka," katanya.

Surplus Dengan Eropa

Selain Pasar Asia, neraca perdagangan Indonesia untuk Eropa juga mengalami status positif alias meningkat signifikan.

Ini terlihat jelas pada data yang dihimpun Pusdatin Kementan, dimana lalu lintas ekspor produk pertanian ke Belanda selama empat tahun terakhir mencapai 1,84 persen dengan rata-rata ekspor sebesar 3,13 juta ton per tahun.

Begitu juga dengan periode berikutnya, Indonesia mengalami surplus pada level perdagangan produk pertanian ke Belanda dengan angka rata-rata 3,07 juta per tahun atau meningkat 1,68 persen per tahun.

Kepala Pusat Data Sistem Informasi Kementerian Pertanian, Ketut Kariyasa, Kamis (20/6) mengatakan bahwa sejak tahun 2014, Indonesia sudah mengalami surplus perdagangan produk pertanian yang berada pada level tinggi, utamanya dengan Spanyol, Belgia, Swedia, Denmark, dan Yunani.

"Indonesia juga tercatat mengalami surplus perdagangan produk pertanian dengan Italia yang mencapai rata-rata 1,18 juta ton pertahun. Kemudian dengan Filandia 22,1 ribu ton pertahun, Irlandia 16,5 ribu ton pertahun, Perancis 9,5 ribu ton per tahun dan Luxemborug 4,1 ribu ton pertahun," tukasnya. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Terbukti Sukses, Mentan Amran Minta Sejumlah Program Strategis Dipertahankan


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler