jpnn.com, JAKARTA - Kinerja ekonomi Indonesia pada triwulan kedua 2017 berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai Rp 3.366,8 triliun.
Ekonomi Indonesia triwulan kedua 2017 dibandingkan triwulan kedua 2016 (yoy) tumbuh 5,01 persen.
BACA JUGA: Berantas Mafia Pangan, Kinerja Menteri Amran Diapresiasi Wantimpres
Sementara itu, dibandingkan triwulan pertama 2017 (q to q) tumbuh sebesar empat persen.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), bila dilihat dari sisi produksi, pertanian merupakan sektor kedua yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi setelah industri pengolahan.
BACA JUGA: Seperti ini Kesiapan Sektor Pangan di Rembuknas 2017
Kontribusi pertanian masih di atas sektor perdagangan dan konstruksi.
Untuk triwulan kedua 2017 ini, sektor pertanian menyumbang 13,92 persen.
BACA JUGA: Mentan Gandeng MPII Tingkatkan Bibit Nasional
Sementara itu, pada triwulan pertama 2017 kontribusinya 13,59 persen.
Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, pencapaian pertumbuhan ekonomi kali ini cukup baik.
“Kita cuma di bawah Tiongkok yang 6,9 persen. Dengan kondisi ketidakpastian perekonomian global dan penurunan harga komoditas, hasil ini cukup bagus,” ucap Suhariyanto pada saat konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta, Senin (7/8) pagi.
Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q to q), pertanian menjadi sektor yang memiliki pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 8,44 persen.
Peningkatan ini diperoleh dari naiknya produksi sejumlah komoditas tanaman perkebunan seperti kopi dan tebu serta dari hortikultura.
Pertumbuhan di sektor pertanian ini tidak lepas dari berbagai program pemerintah guna mewujudkan swasembada sejumlah komoditas pertanian strategis dengan menetapkan visi Indonesia menjadi Lumbung Pangan Dunia 2045.
"Untuk beras, bawang merah, dan cabai, Indonesia sudah tidak impor sejak tahun lalu. Untuk jagung, hingga saat ini kami belum keluarkan rekomendasi impor, dan bahkan bawang merah, kami balikkan keadaan dengan mengekspor ke Thailand dan direncanakan juga untuk beberapa negara Asia Tenggara," ujar Menteri Pertanian Amran Sulaiman seusai mengadakan rapat Rembuk Nasional 2017, Selasa (22//8) lalu.
Berdasarkan peta jalan lumbung pangan dunia, tahun ini Kementan menargetkan swasembada jagung.
Setelah itu, dilanjutkan tahun 2019 swasembada bawang putih dan gula konumsi. Untuk tahun 2020 komoditas yang ditargetkan swasembada adalah kedelai.
Tahun 2024 adalah gula industri, tahun 2026 daging sapi, dan pada tahun 2045 diharapkan Indonesia sudah menjadi Lumbung Pangan Dunia.
Amran juga menyebutkan Kementerian Pertanian bertekad untuk mengembalikan kejayaan kopi, rempah serta komoditas perkebunan lainnya dan subsektor hortikultura.
Untuk itu, Kementan menyiapkan anggaran sebesar Rp 5,5 triliun untuk dua subsektor tersebut.
"Kami optimistis bisa wujudkan. Tahun ini kami mulai kerjakan dengan memberi bantuan paket komplit secara gratis,” tegas Amran. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketemu Mentan RI, Uzbekistan Ingin Contoh Indonesia Yang Sudah Swasembada
Redaktur : Tim Redaksi