Tak sekadar laris manisnya tiket pertarungan yang habis dalam waktu sejam sejak loket dibuka pada September lalu, meroketnya pendapatan juga didukung tingginya penjualan hak siar untuk tayangan pay-per-view
BACA JUGA: Calzaghe Bantah Akhiri Karir
"Kami memperkirakan terjadi pemecahan rekor,'' ungkap de la Hoya yang juga berperan sebagai bos Golden Boy Production, promotor laga itu.Perkiraan de la Hoya tersebut tidaklah berlebihan
BACA JUGA: Langkah Awal Menuju Juara
Itu terjadi pada laga yang mempertemukan de la Hoya melawan Floyd Mayweather Jr di kelas menengah ringan pada Mei 2007.Namun, keraguan juga menyelimuti pemecahan rekor angka tersebut
BACA JUGA: FIFA Bekukan Sepak Bola Peru
Hal itu juga diakui petinju berjuluk Golden Boy tersebut."Saya sudah mendekati akhirPikiran saya masih pada pertarungan, tapi tubuh saya sudah mulai merasa lain,'' ungkapnya seperti dikutip Yahoosport.
Namun, tak sedikit pula faktor pendukung pecahnya rekor nilai hak siar untuk pertarungan tersebutKerinduan publik tinju untuk menyaksikan pertarungan berkelas menjadi yang utamaHal itu mengingat tak banyak lagi petinju yang memiliki nilai jual akhir-akhir ini.
Sebelum pertarungan de la Hoya melawan Mayweather, rekor nilai hak siar selalu diciptakan pertarungan kelas beratBuktinya, delapan di antara peringkat sepuluh besar nilai hak siar berada di kelas beratEnam di antaranya melibatkan nama Mike Tyson.
Namun, belakangan pamor kelas berat meredupPenyebabnya, ambisi untuk menjadi juara sejati tak terdengar dari tiga pemegang sabuk juaraKebetulan, lima sabuk juara dari lima badan tinju dunia dimiliki warga Eropa, Nikolay Valuev (Rusia) dan Klitschko bersaudara serta Vitaly dan Wladimir yang berasal dari UkrainaWarga AS sebagai penikmat terbesar tayangan pay-per-view kurang meminati duel mereka.(ady/ang)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Server Terkejut Jadi Terbaik Asia
Redaktur : Tim Redaksi