BACA JUGA: Aksi Keprihatinan di Palestina
Beberapa bentrok juga muncul di kota-kota wilayah timur LibyaSejak Senin lalu (14/3), pasukan pro-Kadhafi telah merapatkan barisan ke kota vital gerilyawan prodemokrasi itu
BACA JUGA: Korut Bersedia Repatriasi
Dengan senjata canggih dan keterampilan militernya, pasukan yang loyal terhadap pemimpin berjuluk Brotherly Leader itu membombardir kantong-kantong gerilyawanBACA JUGA: Ribuan Kodok Raksasa Beracun di Perth
Meski sempat terpukul mundur sejauh 200 kilometer, mereka berjuang keras merebut Ajdabiya lagi.Ajdabiya yang hanya berjarak 170 kilometer dari Kota Benghazi, memang menjadi titik strategis gerilyawan LibyaSelain jaraknya yang tak terlalu jauh dari Benghazi (basis gerilyawan), kota tersebut juga dekat dengan kota pelabuhan Tobruk dan perbatasan MesirDari Ajdabiya, gerilyawan bisa mengakses kota-kota penting Libya sekaligus menyusun strategi perlawanan.
Selain Ajdabiya, beberapa kota lain di wilayah timur Libya juga berubah menjadi medan tempurKeberhasilan gerilyawan prodemokrasi merebut kembali Kota Bregga setelah sempat dikuasai pasukan pro-Kadhafi, mengobarkan semangat perlawanan di kota-kota lainApalagi, mereka juga mampu bertahan di kawasan timur Kota Zawiya setelah dibombardir pasukan pemerintah.
Bentrok di Zawiya berakhir dengan terbelahnya kota tersebutSisi timur dikuasai gerilyawan dan sisi barat dikuasai pasukan pro-KadhafiTapi, sejumlah tank dan senjata tempur militer pemerintah disiagakan di alun-alun yang berada di pusat kota, untuk merepresi gerilyawan"Alun-alun kota benar-benar telah hancurSebagian besar penduduk juga mengungsi," kata Salem Ganu, seorang gerilyawan.
Pasang surut perlawanan gerilyawan Libya itu justru membuat Kadhafi, yang didukung pasukan trampil bersenjata lengkap, semakin ngotot bertahan"Mereka (gerilyawan) tak punya harapanHanya ada dua opsi yang bisa mereka pilihYakni, menyerah atau melarikan diri," tandas pemimpin 68 tahun itu dalam wawancara dengan harian Italia Il Giornale seperti dilansir AFP kemarin.
Sementara itu, negara-negara Barat yang tergabung dalam G8 juga tak kunjung menyepakati larangan terbang untuk LibyaKondisi yang sama dialami Dewan Keamanan (DK) PBBSelain Prancis dan Inggris, negara-negara lainnya ragu menerapkan larangan terbang tersebut"Sejauh ini, saya belum bisa meyakinkan mereka untuk menerapkan opsi tersebut," kata Menteri Luar Negeri Prancis Alain Juppe.
Utusan khusus Rusia di PBB, Vitaly Churkin, menyatakan bahwa usulan untuk menerapkan larangan terbang bagi Libya masih belum jelas"Jika nantinya larangan terbang diberlakukan, apa implementasinya? Dan, bagaimana menerapkannya?" katanya sebagaimana dilansir Associated PressTapi, menurut dia, Moskow akan dengan senang hati mendukung opsi itu jika memang selaras dengan keinginan masyarakat global(hep/dos/ito/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Selamat setelah 96 Jam Tertimbun
Redaktur : Tim Redaksi