Lantas apakah perseteruan antara Ical versus Akbar masih akan berlanjut sampai pemilihan presiden (pilpres) 2014, dan seberapa besar kans Ical untuk didukung penuh PG sebagai capres kalau misalnya penentuannya lewat mekanisme konvensi?
Pengamat politik, Ray Rangkuti, mengatakan, soal apakah akan berlanjut atau tidak, sangat tergantung pada negosiasi sekarang ini. “Kalau mentok, akan ada pembelotan kembali. Artinya, PG tak bernah bulat dalam mencalonkan presiden mereka, tiap kali pemilu. Ini memang mengherankan,” kata Ray, menjawab JPNN, Rabu (9/5).
Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Nasional, itu menilai PG seringkali merasa partai dewasa, sangat mampu menyelesaikan masalah, tapi faktanya dua kali pemilu setidaknya capres PG tidak pernah ditetapkan secara bulat.
“Tanda-tanda akan adanya perpecahan ini makin menguat, jika dialog antara dewan pengurus dan dewan pembina tak ketemu,” kata dia.
Ia menilai dua blok ini sama-sama kuat. Menurutnya, jika Ical kuat karena memang posisinya Ketum PG sekaligus kemungkinan kemampuannya mobilisasi pengurus pada daerah-daerah tertentu. Tapi, kata dia, kubu Akbar juga kuat karena faktor emosional, senioritas dan identifikasi.
“Kompromi yang mungkin hanya pada mekanis konvensi. Bila kubu Ical tetap bersikukuh dengan mekanisme penetapan, maka persaingan ini akan terus menerus,” kata Ray Rangkuti.
Ketua DPP Golkar, Priyo Budi Santoso menyatakan, pertemuan Ical-Akbar, Selasa (8/5) tak membawa hasil. Ia mengatakan, kemarin malam itu adalah rapat konsultasi antara DPP dan Wantim Golkar. Namun demikian, Wakil Ketua DPR itu menilai rapat tersebut sangat positif.
"Karena rapatnya konsultasi tidak memutuskan apapun, memberi restu, atau apapun. Tapi tidaknya ada kesepahaman surat Dewan Pertimbangan akan mendapat respon secara tertulis dari DPP Golkar yang akan dilayangkan satu dua hari ini,” kata Priyo, kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (9/5). (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Akui Pertemuan Akbar-Ical Tak Capai Kesepakatan
Redaktur : Tim Redaksi