jpnn.com - JAKARTA - Iklim bisnis asuransi jiwa akhir tahun lalu mengalami anomali. Akibatnya, pertumbuhan premi bisnis baru secara total minus 4,4 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan kinerja itu sudah terlihat sejak kuartal ketiga 2013 yang hanya tumbuh 3,8 persen. Kemudian diperparah dengan jebloknya performa kuartal empat yang minus 27 persen.
"Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Benny Waworuntu mengatakan, secara historis kinerja kuartal ketiga dan keempat menjadi andalan. Apalagi, pada awal tahun tidak terlihat adanya proyeksi negatif bisnis asuransi jiwa. Misalnya pada kuartal pertama yang bisa tumbuh 5,9 persen, dan meningkat pada kuartal dua sebesar 8,6 persen.
BACA JUGA: KAI Beli Gerbong Inka Pesanan Kemenhub
"Sayangnya, kinerja mulus itu mesti tertahan akibat indikator ekonomi makro yang negatif. Antara lain, inflasi tinggi, pelemahan rupiah, dan gejolak di pasar saham. "Penurunan tersebut memang terkait dengan situasi perekonomian yang tidak kondusif pada akhir tahun," katanya kemarin (13/3).
"Dia memaparkan, premi bisnis baru sepanjang tahun lalu tercatat sebesar Rp 71,73 triliun, atau turun dari 2012 yang sebesar Rp 75,01 triliun. Kendati demikian, penurunan tersebut setidaknya masih dikompensasi oleh premi lanjutan yang tumbuh 29 persen menjadi Rp 42,2 triliun. Sehingga secara keseluruhan pendapatan premi asuransi jiwa masih tumbuh meskipun tipis. Yakni naik 5,8 persen dari Rp 107,73 triliun menjadi Rp 113,93 triliun.
BACA JUGA: Telkomsel Raih Excellent CCSEA 2013
"Ketua Bidang Aktuaria dan Riset AAJI Azwir Arifin menambahkan, penurunan premi baru ini bisa terjadi lantaran secara umum pendapatan premi didominasi oleh produk investasi unit link. Bahkan, lebih dari 50 persen premi bisnis baru adalah hasil dari produk unit link. Padahal, volatilitas di pasar modal memicu pertumbuhan investasi indutri asuransi jiwa minus 66,7 persen pada kuartal ketiga 2013. "Tentu kondisi ini berdampak besar khususnya kepada new business," terangnya.
"Kepala Departemen Komunikasi AAJI Nini Sumohandoyo memaparkan, premi bisnis baru cenderung berbentuk single premi. Namun, karena single premi punya sifat jangka pendek, nasabah pun memilih berhenti untuk membeli ketika pasar bergejolak. "Tidak pelak, ada penurunan dana kelolaan dari single premi," paparnya.
BACA JUGA: Susi Air Caplok Rute Merpati
"Namun demikian, asosiasi mengharapkan tahun ini kondisi industri bisa kembali menggeliat. Proyeksi positif ini terlihat dari indeks harga saham dan rupiah yang mulai membaik. "Kami prediksi tahun ini bisa tumbuh 20-30 persen," terang Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim. Hingga akhir tahun lalu, total tertanggung industri asurasi jiwa tumbuh 92,5 persen menjadi 88,13 juta orang, dari posisi 2012 yang sebesar 45,77 juta orang. (gal/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... AirAsia Batalkan Penerbangan Dari dan Menuju Pekanbaru
Redaktur : Tim Redaksi