Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi 5,3 Persen Tahun Depan

Kamis, 08 Desember 2022 – 09:35 WIB
Uang Rupiah. Ilustrasi. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia memiliki kemampuan untuk terus mengakselerasi pemulihan perekonomian.

Menurut Airlangga, pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2023 sebesar 5,3 persen.

BACA JUGA: Siap-siap, Jokowi akan Umumkan Kebijakan Penting, Ini Menyangkut soal Pertumbuhan Ekonomi

“Hal ini sejalan dengan proyeksi pada rentang 4,7 persen hingga 5,1 persen dari berbagai lembaga internasional. Proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2023 tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan outlook perekonomian global,” kata Menko Airlangga.

Proyeksi senada diluncurkan oleh Centre of Reform Economics CORE, yang memproyeksikan ekonomi nasional di tahun 2023 mampu tumbuh 4,5 hingga 5,0 persen.

BACA JUGA: Ekonom Memprediksi Pertumbuhan Ekonomi 2023 Mencapai 5 Persen, Investasi juga Tumbuh

“Pada 2023, kita prediksikan sudah kembali ke kondisi prapandemi, di mana investasi kembali ke nomor dua dan pertumbuhan investasi di Indonesia diperkirakan tidak akan banyak terganggu tekanan ekonomi global,” kata Direktur Eksekutif CORE M Faisal, Rabu (7/12/2022).

Konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tetap kuat, angka inflasi menurun dan menariknya pada tahun depan, sejalan dengan melemahnya daya dorong ekspor, investasi kembali menjadi sumber pertumbuhan terbesar kedua bagi PDB nasional.

BACA JUGA: Ekonomi Kalbar 2022 Mengalami Pertumbuhan Positif

“Yang menjadi penopang ke depan itu sebetulnya tren investasi di 2023, karena satu kita perkirakan konsumsi domestik masih kuat, maka industri manufaktur sektor sekunder itu juga masih mengalami ekspansi dan artinya dari investasi masih prospektif,” ujar Faisal.

Kemudian, selama pandemi, khususnya sepanjang tahun 2020, industri manufaktur secara agregat terus tumbuh.

Sekarang ini, kata dia, masyarakat mulai beraktivitas, mobilitas tinggi. Oleh karena itu, sektor jasa akan ikut tumbuh.

“Restriksi mobilitas sudah minimal seharusnya dari sektor jasa itu sudah mulai meningkat kembali pertumbuhan, artinya prospek investasi cukup baik,” kata Faisal.

Salah satu industri yang sudah berkembang dan akan makin moncer di tahun depan adalah industri turunan, hilirisasi barang tambang, termasuk nikel.

Hal ini senada dengan tren dunia menuju kendaraan hijau dan juga geliat pemerintah Indonesia dalam produksi mobil listrik (EV).

Menko Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini, menyampaikan arahan Presiden Joko Widodo untuk mempercepat berbagai perizinan investasi serta pengembangan ekosistem hulu dan hilir dari Electric Vehicle (EV) mulai dari baterai hingga industri otomotif berbasis EV, perencanaan roda 4 atau roda 2, perencanaan ekosistem, maupun insentif yang perlu diberikan.

”Oleh karena itu, terkait dengan ekosistem ini diminta untuk mendalami berbagai komoditas baik itu bauksit, alumunium maupun nikel beserta integrasi ekosistemnya dalam bentuk EV baterai yang tentu membutuhkan nikel, cobalt, mangan, dan komoditas lain,” pungkas Menko Airlangga.

Tumbuh 5,3 Persen

Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah Redjalam menilai pemerintah masih realistis ketika memasang proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional di angka 5,3 persen.

“Menurut saya realistis," tegas Piter.

Piter mengungkapkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 berada di rentang 4,8-5,3 persen.

Ketika pemerintah memasang proyeksi pertumbuhan di anga 5,3 persen, kata Piter, hal itu masih bisa diterima.

"Saya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 ada di kisaran 4,8-5,3 persen. Jadi kalau pemerintah memproyeksikan 5,3 persen itu adalah angka optimistis tetapi masih realistis," tambahnya.

Menurut dia, kondisi ekonomi Indonesia berbeda dengan banyak negara lain. Indonesia lebih mengandalkan konsumsi domestik sebagai penopang utama perekonomian.

"Karena memang kondisi Indonesia berbeda dengan kondisi global. Perekonomian Indonesia lebih didukung oleh konsumsi domestik," ujarnya.

Sedangkan ketika ekonomi global tengah suram dan harga komoditas cenderung naik, Indonesia cenderung mendapat keuntungan dari kenaikan harga tersebut.

Hal itu yang membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia optimistis bisa mencapai angka 5 persen kendati perekonomian global dihantui resesi.

"Sementara di sisi lain meskipun kondisi global suram tetapi Indonesia justru mendapatkan windfall dari kenaikan harga komoditas," pungkas Piter.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler