jpnn.com - JAKARTA - Badan pusat statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi pada kuartal III sebesar 5,02 persen, Senin (7/11).
Angka tersebut melambat jika dibandingkan dengan kuartal II yang sebesar 5,19 persen.
BACA JUGA: Realisasi Penerimaan Dari Pajak Baru Rp 870 Triliun
Pertumbuhan ekonomi ditopang konsumsi rumah tangga dan investasi, masing-masing 5,06 dan 4,06 persen.
Meski pertumbuhan melambat, Kepala BPS Kecuk Suhariyanto menilai, Indonesia masih lebih baik daripada sejumlah negara mitra.
BACA JUGA: Elpiji 3 Kilogram Langka, Disperindag Gelar Operasi Pasar
Ekonomi Tiongkok tercatat stagnan di pertumbuhan 6,7 persen.
Sedangkan Singapura tumbuh melambat dari 2,0 menjadi 0,6 persen.
BACA JUGA: Menhub: Apa Bisa Langsung?
Penguatan ekonomi hanya terjadi di Amerika Serikat, yakni dari 1,3 menjadi 1,5 persen.
Secara kumulatif, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga triwulan III mencapai 5,04 persen.
Penyumbang terbesar pertumbuhan adalah konsumsi rumah tangga yang diindikasikan dengan pertumbuhan penjualan ritel sebesar 11,89 persen year-on-year.
Selain konsumsi, pertumbuhan ekonomi juga ditopang kenaikan investasi, terutama pertumbuhan bangunan dan konstruksi serta mesin dan kendaraan domestik.
Sisi pengeluaran yang tumbuh negatif adalah ekspor-impor serta belanja pemerintah.
Pemangkasan anggaran Rp 167 triliun mengakibatkan realisasi belanja pemerintah melambat.
Pada triwulan III, realisasi belanja pemerintah mencapai Rp 439,73 triliun.
Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengakui, pemangkasan anggaran itu menekan pertumbuhan ekonomi.
Apalagi, tak sedikit kementerian dan lembaga yang menunda realisasi belanja yang anggaranya tidak dipotong.
Selain itu, pertumbuhan ekspor dan impor yang negatif berimbas pada penurunan penerimaan, khususnya pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penghasilan (PPh).
’’Saya hanya ingin katakan bahwa ini confirm denyut ekonomi kita memang melemah,’’ ungkapnya.
Bank Indonesia (BI) menilai, perlambatan laju pertumbuhan disebabkan melemahnya konsumsi pemerintah dan ekspor akibat kelesuan ekonomi global dan rendahnya harga komoditas.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara optimistis, pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV meningkat karena perbaikan konsumsi rumah tangga dan ekspektasi pendapatan yang lebih tinggi.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani menilai, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III yang masih berada di atas lima persen sudah bagus.
Capaian tersebut setidaknya dapat menjaga pertumbuhan ekonomi sepanjang 2016 di level lima persen.
Presiden Joko Widodo tampak lega setelah mengetahui pertumbuhan ekonomi pada kuartal III tahun ini mencapai 5,02 persen.
’’Perkiraan kita sedikit kurang dari lima. Alhamdulillah, ternyata bisa sedikit lebih dari lima,’’ ucap Jokowi setelah apel pasukan pengamanan unjuk rasa di Mabes TNI-AD kemarin (7/11). (ken/rin/dee/byu/c5/noe/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Top Loser Hari Ini, PT Kabelindo Murni Tbk
Redaktur : Tim Redaksi