JAKARTA - Kebijakan moneter ketat yang diterapkan oleh Bank Indonesia (BI) makin berdampak pada kinerja perbankan, khususnya bank syariah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi, performa penyaluran pembiayaan bank syariah tidak mampu mencapai target yang ditetapkan pada rencana bisnis bank (RBB).
Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK Edy Setiadi mengatakan, perbankan syariah telah menyampaikan revisi RBB 2014.
Secara keseluruhan, rata-rata target penyaluran pembiayaan bertumbuh 13-14 persen pada tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/yoy). "Tapi nanti growth-nya di kisaran 10 persen saja," ungkap Edy di Gedung OJK, kemarin (11/9).
Perlambatan pembiayaan tersebut sesungguhnya telah diprediksi sebelumnya. Edy mengatakan, pihaknya menjaga porsi pembiayaan bank syariah, kendati saat ini masih belum ada aturan batasan financing to deposit ratio (FDR) atau rasio pembiayaan syariah.
BACA JUGA: Pengusaha Tuntut Larangan Premium SPBU Jalan Tol Dicabut
Sebagaimana diketahui, otoritas telah mematok loan to deposit ratio (LDR) atau rasio pembaiyaan terhadap dana pihak ketiga pada perbankan konvensional maksimal pada level 92 persen. Sebaliknya, syariah tidak ada batasan.
"FDR kami terus tekan ke bawah. Bahkan ada yang ditekan di bawah 90 persen. Hal ini untuk mengantisipasi jangan sampai nanti muncul NPF (non performing financing/rasio pembiayaan bermasalah) yang tinggi," tuturnya.
Sementara itu, OJK mencatat, kondisi perbankan secara keseluruhan per September 2014 cukup baik. Hal ini terlihat dari tingkat permodalan yang tergolong tinggi, yakni level CAR (capital adequacy ratio/rasio permodalan) pada level 19,39 persen, dan didominasi komponen modal inti Tier 1.
"Rentabilitas stabil dengan kecenderungan sedikit menurun. Hal ini terlihat dari indikator ROA (return on assets/profitabilitas) yang relatif stabil. Sebaliknya BOPO "(biaya operasional pendapatan operasional) relatif meningkat," terangnya.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, pertumbuhan kredit kepada sektor swasta melambat menjadi 15,0 persen (yoy) per Juli 2014 dari bulan sebelumnya sebesar 16,6 persen (yoy).
BACA JUGA: BPOM Sita Kosmetik Ilegal Senilai Rp 2 Miliar
"Ia menambahkan, kondisi likuiditas baik dalam perekonomian maupun perbankan juga relatif terjaga. Hal itu tercermin pada pertumbuhan uang beredar dan Dana Pihak Ketiga (DPK), yang masing-masing mencapai 11,0" persen (yoy) dan 10,4 persen (yoy) pada Juli 2014.
"Suku bunga pasar uang juga menurun akibat masuknya uang kartal ke sistem perbankan. Ke depan, kondisi likuiditas perbankan kami perkirakan tetap memadai seiring dengan mulai ekspansinya keuangan pemerintah dalam paro kedua 2014," paparnya. (gal/agm)
BACA JUGA: BI Rate Tinggi, Rupiah Masih Tren Depresiasi
BACA ARTIKEL LAINNYA... Produksi Beras Aman Hingga 2015
Redaktur : Tim Redaksi