jpnn.com, JAKARTA - Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), dulu lazim disebut narapidana tidak kehilangan hak dan kesempatan mengeksresikan kehalusan budi dan keindahan budaya melalui seni meski hidup di penjara.
Ini terbukti dalam perhelatan Ekspose Kesenian dan Budaya Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) yang dihadiri para pejabat yang tergabung dalam Ikatan Alumni Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Nasional (IKA PIMNAS), para warga binaan antusias unjuk kebolehan mereka dalam berolah seni.
BACA JUGA: Program Khatam Alquran di Rutan Salemba Mengajak Napi ke Jalan yang Benar
Perhelatan ekspos kesenian dan budaya ini sekaligus dalam rangka acara halal bihalal IKA PIMNAS yang dibuka oleh Ketua Ika Pimnas Bambang Hendroyono.
Selain itu dilakukan penggalangan dana untuk membantu korban bencana di Samarinda, Kalimantan Timur, dan Konawe, Sulawesi Tenggara. Dari acara tersebut terkumpul dana sebanyak Rp 30 juta.
BACA JUGA: Warga Binaan Belajar Bercocok Tanam dan Bersosialisasi Lewat Open Camp Ciangir
Para WBP tersebut berasal dari Lapas Khusus Narkotika Kelas IIA Jakarta, lapas Karawang, lapas Bekasi dan Lapas Kelas III Cikarang.
Mereka masing-masing unjuk kebolehan dengan memainkan dan menyuguhkan permainan musik gamelan, degung, keroncong dan band kepada para tamu undangan yang hadir, yang mayoritas merupakan pimpinan tinggi madya dari berbagai kementerian dan lembaga.
BACA JUGA: Penjara Sesak, Warga Binaan Ditempatkan di Kamar Mandi dan Toilet
Dirjenpas Sri Puguh Budi Utami dalam kesempatan itu mengatakan, selain untuk mengapresiasi kesenian-kesenian yang ada di Indonesia, ekspose tersebut juga diselenggarakan sebagai wadah aktualisasi bagi warga binaan pemasyarakatan yang sukses menjalani pembinaan di dalam Lapas, sehingga memiliki kemampuan di bidang kesenian.
"Ini bukti nyata bahwa sebelum proses integrasi, kepada pada WBP sudah dilakukan pembinaan dan asimilasi yang terukur dan terencana," kata Dirjen Utami.
Semua itu menjadi bagian dari mekanisme yang harus dilakukan sebelum WBP berintegrasi kembali ke dalam masyarakat.
Untuk itu kepada mereka yang memenuhi syarat Ditjenpas memberikan kesempatan mengekspos kemahiran melalui berbagai pameran, festival dan aneka momen lain yang memungkinkan.
“Itu semua dilakukan sebagai bagian dari proses asimilasi sebelum integrasi yang sesungguhnya dijalankan,” kata Utami.
Dirjen menjanjikan bahwa puncak dari ekspose yang diselenggarakan itu adalah pada saat hari kemerdekaan Indonesia, Agustus mendatang.
“Kami Ditjenpas insya Allah akan membuat perhelatan akbar kesenian yang akan diikuti seluruh narapidana di Indonesia. Semoga ikhtiar ini bisa berjalan dengan baik dan sukses,” kata Utami.
Acara tersebut dan acara puncak nanti sejatinya menjadi ajang kolaborasi berbagai kementerian dan lembaga dalam mengembangkan kesenian dan budaya Indonesia.
‘Unjuk kebisaan' para WBP di luar Lapas dan Rutan tersebut bukan pertama kalinya dilakukan, Lapas Cikarang, misalnya, memiliki grup orkes keroncong sendiri bernama ‘Oke Lacika’, yang kerap menghibur masyarakat di berbagai perhelatan besar.
Mereka telah memiliki pengalaman tampil antara lain di Balai Kartini, Museum Seni dan Kerami di Kota Tua, Jakarta, Jakarta Conventon Center (JCC).
Bahkan Oke Lacika sempat pula menghibur Wakil Presiden Jusuf Kalla, saat menghadiri sebuah acara yang juga dihelat IKA PIMNAS, Maret lalu. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perbaiki Pengawasan Lapas, Sebaiknya Dirjen PAS Diganti
Redaktur & Reporter : Natalia