Koordinator investigasi dan advokasi FITRA, Uchok Sky Khadafi mengatakan, alokasi anggaran untuk pergantian kurikulum terlalu besar dan akan tidak akan efektif menciptakan manusia yang unggul. Karena yang seharusnya dibenahi terlebih dulu adalah kapasitas guru selaku ujung tombak.
Sementara pada tahun 2013 ini, tidak ada yang namanya anggaran untuk meningkatkan kapasitas Guru. Dengan demikian, nasib perubahaan kurikulum akan mengalami nasib yang sama seperti nasib kurikulum yang lainnya.
"Bahwa kurikulum hanya menjadi proyek-proyekan untuk mencari uang bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada akhir Jabatan Presiden SBY. Jadi, bukan untuk menjadi kurikulum yang mencerdaskan bagi anak, dan Guru," kata Uchok saat dikonfirmasi JPNN, Jumat (21/12).
Seharusnya, lanjut dia, yang harus diubah atau "dicerdaskan" dalam perubahan kurikulum itu adalah Gurunya. Sebab, sebagus apapun kurikulum tersebut, kalau Gurunya sangat minim kapasitasnya, maka guru tidak akan maksimal dalam menafsiran kurikulum baru.
Dengan demikian dampak perubahan kurikulum baru bukan lagi sebagai pembebasan kebodohaan buat para siswa, tapi tetap saja sebagai indoktrinasi kepada siswa yang harus patuh kepada teks kurikulum tersebut.
Dia menyarankan lebih baik anggaran kurikulum sebesar Rp 513 miliar itu ditunda dulu dan pemerintah lebih fokus kepada meningkatkan kapasitas Gurunya. Karena Guru itu adalah garda depan yang mencerdaskan siswa. Karena kalau Gurunya tidak cerdas, pasti siswanya tidak bisa diharapkan untuk ikut persaingan global.
"Rendahnya kapasitas Guru, menjadikan orang tua memilih menyekolahkan anak-anaknya ke luar negeri daripada di dalam negeri, karena, guru dianggap jadul alias ketinggalan informasi yang terus berkembang," pungkasnya.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 1.200 Guru di Sulsel Terima Sertifikat Pendidik
Redaktur : Tim Redaksi