Indonesian Operations Director ERC, Kyle Moyle mengatakan, pihaknya menargetkan bisa mengolah 20 ton sampah organik dalam sehari menjadi kompos. ’’Kompos tersebut selanjutnya akan diedarkan di seluruh petani yang ada di Pulau Lombok,’’ katanya, Kamis (4/4).
Pengolahannya akan melibatkan kontraktor lokal. ’’Diharapkan volume sampah organik yang dibuang bisa dikurangi,’’ bebernya.
Kyle mengatakan, pihaknya tidak sekadar mengolah sampah organik. Pihaknya juga akan memproses kompos yang sudah ada di tempat pembuangan sampah (TPS) untuk dikemas dan dijual. Bahkan, sampah organik yang dikelola masyarakat juga akan ditampung.
’’Kemasan dan penjualan akan kami bantu. Produk yang siap dipasarkan dari masyarakat kami ambil,’’ terangnya.
Disebutkan, volume sampah organik yang mencapai 20 ton sehari, sudah sesuai dengan yang digariskan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (LH). ERC, kata dia, sudah melakukan survei potensi sampah organik dari Kota Mataram. ’’Sudah tiga kali saya berkunjung untuk melihat kondisinya,’’ ucap warga negara Australia yang fasih berbahasa Indonesia ini.
ERC mendorong petani mau memakai pupuk organik. Berdasarkan pemantauan di Pulau Jawa, petani yang memanfaatkan pupuk pabrik dicampur pupuk kompos, hasil panennya meningkat. ’’Sebagian uang untuk membeli pupuk kimia diganti untuk membeli pupuk kompos,’’ imbuhnya.
Kombinasi pupuk kimia dan pupuk organik, lanjut Kyle, lebih bagus hasilnya dibanding hanya mengandalkan pupuk kimia semata. Kota Mataram sendiri menjadi kota keempat setelah Bandung, Cilegon, dan Banten yang menjadi sasaran ERC. ’’Kami juga akan mendatangkan alat untuk pengolahan kompos,’’ ucapnya.
Dikatakan, alat pengolah sampah organik yang didatangkan berupa alat pengolah sederhana. Alat tersebut akan melibatkan banyak orang. ’’Saya datang ini atas permintaan Pak Dwi (Kepala Dinas Pekerjaan Umum NTB, Red) saat pertemuan konferensi sampah,’’ ungkapnya.
Kepala Badan Lingkungan Hidup(BLH) Kota Mataram Muhammad Saleh membenarkan Kementerian LH terus mendorong pengurangan sampah di semua wilayah. Target pengurangan sampah di tiap wilayah itu tujuh persen. ’’Harus kita upayakan supaya jumlah sampah tersebut semakin menurun,’’ katanya.
Cara pengurangan sampah, salah satunya dengan Gerakan Menuju Lingkungan dengan Sampah Nihil (Lisan). Pengolahan sampah yang baik memperhatikan manajemen hulu. Perwal Nomor 40 Tahun 2012 telah meminta semua kecamatan menerapkan Lisan. ’’Sekarang beberapa camat sudah mempersiapkan Lisan,’’ sambungnya.(feb)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Merah Putih Banjiri Tiga Kabupaten/Kota
Redaktur : Tim Redaksi